Apakah kita punya politisi seperti Trump di Indonesia?
Apa yang bisa kita lakukan?
Saya khawatir kita tak punya cara mudah dan kuat untuk menyangkal omong kosong dalam politik, khususnya pemilu. Penyangkalan omong kosong, ironisnya, hanya menambah bahan bakar ke dalam api, menyebarkan omong kosong tersebut lebih luas lagi.
Mengulangi omong kosong, seperti halnya mitos, bahkan untuk menghilangkan prasangkanya, membuatnya tampak lebih bisa dipercaya. Terlebih, media sosial akan membuat penyebaran omong kosong lebih cepat daripada penyangkalan terhadapnya.
Bagaimanapun, patah arang tak ada gunanya.
Saya harap para jurnalis, instansi pemilu, dan lembaga swadaya masyarakat tetap mengawal pemilu secara intens. Artinya, mereka harus mengidentifikasi dan mengklarifikasi pernyataan-pernyataan penting dari setiap kandidat, tak membiarkan mereka membual.
Memastikan para pemilih terinformasi juga sangat penting. Kendati tak semua pemilih akan mengubah keputusannya berdasarkan informasi dan fakta yang ada, informasi semacam itu masih berguna untuk pemilih  yang belum menyatakan pilihannya.
Omong kosong tumbuh subur dalam politik, tapi sebenarnya kita semua turut berkontribusi terhadapnya, sadar atau tidak, termasuk artikel ini. Saya harap kita semua tak terlalu keras kepala atau fanatik terhadap pendapat dan perasaan kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H