Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Pada Pemilu 2024, Omong Kosong Bisa Lebih Berbahaya daripada Kebohongan

31 Oktober 2023   12:05 Diperbarui: 1 November 2023   08:12 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebohongan jelas berbahaya, tapi omong kosong mungkin lebih berbahaya lagi | Ilustrasi oleh Rudy and Peter Skitterians via Pixabay

Ini bukan permainan benar dan salah; ini adalah permainan politik. Pembual hanya berfokus untuk memajukan agenda mereka sendiri. Omong kosong, dengan kata lain, merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Mari kita buat lebih mudah dengan contoh-contoh.

Saya mengatakan kepada teman-teman saya bahwa saya telah sering memenangkan lomba esai. Kata "sering" mungkin terlalu ambigu, jadi saya menekankan pada mereka, "Lebih dari 20 kali." Pencapaian yang mengagumkan, eh?

Secara definisi, saya tak berbohong karena saya bahkan tak tahu berapa jumlah sebenarnya. Saya baru bisa dibilang pembohong kalau saya telah memenangkan lomba esai sebanyak 15 kali, tapi saya mengatakannya lebih dari 20 kali.

Di sini saya tak tahu kebenarannya berapa dan bagaimana. Saya mengatakan lebih dari 20 kali semata-mata karena saya ingin orang lain melihat saya sebagai penulis esai yang andal. Kenyataannya, saya tak peduli sama sekali benar-salahnya ucapan saya.

Saya adalah pembual.

Sekarang perhatikan contoh yang berkaitan dengan pemilu. Mamat dan Wawan merupakan calon kepala daerah yang saling bersaing di Kota Gotham. Keduanya memilih menggunakan taktik curang untuk menurunkan citra lawannya di mata para pemilih.

Mamat mengarang rumor yang tak benar mengenai kehidupan pribadi Wawan, dan Mamat sendiri menyadari bahwa rumor itu salah. Ketika dia membuat cuitan tentang Wawan kepada jutaan pengikutnya, Mamat sedang berbohong.

Sementara itu, Wawan tak mengarang rumor tentang Mamat. Wawan lebih memilih untuk membagikan rumor yang sudah beredar secara online. Yang penting, dia tak tahu asal muasal rumor tersebut dan tak tahu apakah rumor itu benar atau salah.

Bahkan, Wawan sama sekali tak tertarik untuk mengetahuinya. Benar-salahnya rumor tersebut tak terlalu penting dibandingkan kegunaannya sebagai senjata politik. Dalam kasus ini, tak pelak lagi, Wawan adalah seorang pembual.

Mengapa omong kosong bisa lebih berbahaya daripada kebohongan?

Kebohongan jelas berbahaya, terutama dalam konteks pemilu. Setiap kali seorang kandidat menyampaikan kebohongan, mereka bukan hanya menipu individu atau sekelompok orang, tapi mereka juga menggerogoti demokrasi secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun