Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merajut Mimpi Kemaritiman, Paskibraka Nasional 2023 Berkunjung ke Kapal Perang TNI AL

6 September 2023   13:10 Diperbarui: 6 September 2023   13:23 3431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembekalan kemaritiman dari TNI AL kepada anggota Paskibraka Nasional 2023 (Sumber: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso) 

Setelah menunaikan darmanya dengan penuh kemenangan, para anggota Paskibraka Nasional 2023 mendapati diri mereka berada di babak baru yang menarik. Pada 21 Agustus, mereka berkunjung ke KRI Banda Aceh-593 yang bersandar di dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta.

Di sana, para putra/putri terpilih dari Sabang sampai Merauke ini bukan hanya mendapatkan sambutan hangat dari TNI Angkatan Laut, tapi mereka juga memperoleh pembekalan dan facility tour yang dapat menyalakan aspirasi mereka untuk masa depan maritim Indonesia.

Pada sosialisasi kebaharian ini, mereka menerima materi tentang Pancasila dan eksistensinya dalam kehidupan prajurit TNI AL, termasuk dasar-dasar dari TNI AL dan bagaimana proses rekrutmennya. Pembekalan ini dipimpin oleh Aspers KASAL.

Tak hanya itu, Paskibraka juga diajak untuk menyaksikan parade berbagai jenis seragam dan kelengkapan militer TNI AL, termasuk peralatan tempur dari unit-unit prajurit TNI AL yang digunakan dalam berbagai tugas menjaga kedaulatan laut Indonesia.

Ketika mereka diberitahu bahwa setiap kapal memiliki komponen-komponen yang terperinci, mereka sebenarnya diberitahu bahwa kapal tersebut lebih dari sekadar alat atau ruang fisik; itu adalah simbol dedikasi, persatuan, dan tekad dari TNI AL.

Jika saya ikut berada di sana dan melihat langsung aneka atribut yang menjadi kebanggaan TNI Angkatan Laut, benak saya pasti sudah diselimuti rasa kagum dan rasa hormat. Saya yakin tim Paskibraka juga merasakan hal serupa. Kami adalah generasi yang sama.

Kendati parade tersebut berlangsung singkat, tapi perhatian penuh membuatnya terasa seperti selamanya; dan kunjungan mereka, tentu saja, lebih dari sekadar tur; itu adalah kesempatan untuk menyelami kedalaman dari identitas maritim kita.

Berkat kegigihan dan kedisiplinan mereka, utamanya lagi karena keberhasilan mereka, TNI AL memberikan nilai plus kepada mereka kalau mereka mendaftar Akademi Angkatan Laut (AAL). Apresiasi ini adalah representasi dari apresiasi masyarakat secara keseluruhan.

"Dengan dedikasi dan pengalaman selama mengikuti penggemblengan sebagai tim Paskibraka Nasional, niscaya adik-adik bisa menjadi jalasena-jalasena yang tangguh di atas gelombang samudera karena prajurit yang tangguh tak terlahir dari gelombang yang tenang," ujar Panglima Kolinlamil.

Terlebih, memang ada banyak kesamaan kriteria dalam hal perekrutan anggota Paskibraka dan perekrutan prajurit TNI AL: disiplin, dedikasi, dan komitmen yang luar biasa. Bisa dibilang, para anggota Paskibraka sudah beberapa langkah menuju ke sana.

Sejujurnya, itu membuat saya lega karena itu berarti keamanan dan keselamatan maritim kita akan dijaga oleh mereka yang terbaik, mereka yang memenuhi aneka standar tinggi. Jadi saya pikir ini seharusnya membuat kita turut bangga dan merasa lega.

Kami siap berjuang, tapi pertama-tama kami perlu tahu alasannya

Kegiatan
Kegiatan "Ship Tour" dalam kampanye kemaritiman di dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta (Sumber : ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso) 

Jauh sebelum fajar, para anggota Paskibraka bangun dengan tujuan yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Mereka tahu bahwa peran mereka bukan hanya mengibarkan bendera, tapi juga melambangkan perjuangan dan harapan bangsa.

Mereka tahu bahwa setiap gerakan, setiap isyarat, bukan hanya rutinitas; itu semua adalah proklamasi persatuan dan pernyataan kekuatan. Mereka menjalani latihan yang melelahkan, menanggung tantangan fisik dan mental yang begitu berat.

Tetap saja, mereka melakukannya dengan sukarela karena mereka tahu bahwa pengorbanan mereka adalah harga yang harus dibayar untuk kehormatan negara. Mata bangsa tertuju pada mereka, yang ditandai dengan berhentinya kesibukan sehari-hari sejenak.

Apresiasi terhadap mereka, karenanya, mesti lebih dari sekadar tepuk tangan dan sorak-sorai selepas upacara pengibaran bendera -- atau setidaknya beberapa dari kita harus memberi apresiasi yang lebih dari itu. 

Hal ini dilakukan oleh TNI Angkatan Laut. Keputusan TNI AL untuk mempermudah anggota Paskibraka masuk ke AAL merupakan bukti pengakuan atas kualitas mereka yang gemilang dan keselarasan nilai-nilai mereka dengan aspirasi maritim bangsa. 

Itu karena kualitas yang membuat anggota Paskibraka sukses tak hanya terbatas pada gerakan baris-berbaris yang tersinkronisasi, tapi juga mencakup disiplin dan komitmen, dedikasi dan kerja sama tim -- kualitas yang sangat diperlukan dalam dunia operasi angkatan laut.

Lagi pula, pertumbuhan angkatan laut selama beberapa tahun terakhir ini telah menjadi salah satu kebanggaan bagi rakyat Indonesia. Kita melihat serangkaian terobosan total, mungkin untuk selamanya, dan masyarakat dipenuhi rasa syukur dengan tambahan kekuatan ini.

Maksud saya, jika TNI AL terus-menerus membaik, artinya kita membutuhkan penerus yang bukan hanya mampu mempertahankan tren positif tersebut, tapi kalau bisa menjadi penerus yang lebih baik lagi. 

Tahu bahwa TNI AL diisi oleh orang-orang seperti anggota Paskibraka, untuk alasan-alasan yang telah disebutkan, akan ada rasa aman tersendiri dalam benak kita. Dalam membentuk angkatan laut yang kuat, tak ada satu faktor pun yang sama pentingnya dengan kualitas para prajuritnya.

Prajurit angkatan laut selalu berada dalam kondisi kesiapsiagaan yang tinggi, di mana kondisi ini, sampai tingkat tertentu, telah dialami pula oleh tim Paskibraka. Para prajurit TNI AL menjaga kekayaan alam bahari kita dan rute perdagangan kita.

Peran-peran vital seperti itu memerlukan kualifikasi khusus, terutama, "Jiwa nasionalisme, patriotisme, dan kepeloporan serta kepemimpinan," sebagaimana ujar Aspers KASAL dalam kampanye werving TNI AL kepada Paskibraka.

Orang mungkin bertanya, "Buat apa kita menyebut hal-hal sejenis patriotisme ketika tak ada bahaya yang mengancam wilayah nasional kita?" Pertanyaan ini muncul dari asumsi bahwa patriotisme itu seperti Rambo yang menyergap markas musuh dan mempertaruhkan nyawa.

Patriotisme, kenyataannya, lebih luas dari konteks ingatan kita tentang perang di era sebelum kemerdekaan. Patriotisme merupakan perasaan yang menempatkan diri kita sendiri dalam sesuatu yang lebih besar dari diri kita, dan dari sinilah kita memproyeksikan diri kita.

Memang, terutama bagi prajurit-prajurit kita, ingatan (atau pengetahuan) tentang perjuangan leluhur kita dapat melipatgandakan rasa dan nuansa patriotisme. Namun, saya pikir kita bisa menjalani patriotisme dengan cara yang berbeda, dan TNI AL punya caranya tersendiri.

Intinya, sosialisasi kemaritiman oleh TNI AL kepada Paskibraka Nasional merepresentasikan ajakan kepada kaum muda secara keseluruhan. Seperti ujar Aspers KASAL, tim Paskibraka adalah "Energi positif bagi generasi muda lainnya serta masyarakat."

Setiap satu anggota Paskibraka yang masuk TNI AL bakal memicu efek berantai dengan memotivasi dan menginspirasi kaum muda lainnya. Selain itu, menurut saya, metode sosialisasi juga merupakan langkah yang tepat untuk memikat minat kaum muda.

Generasi kami unik karena kami ingin memahami secara jelas, dengan cara yang transparan dan sering kali pragmatis, apa sebenarnya kontribusi yang pada akhirnya akan kami berikan. Mudahnya, kami menginginkan alasan-alasan besar, bukan jargon.

Kami tak cukup mengerti tentang apa itu persaingan kekuatan besar antara negara A dan B dan bagaimana itu akan berdampak pada perdamaian dan keamanan global. Tanpa mengerti, kami enggan berjuang karena kami hanya ingin berjuang untuk sesuatu yang jelas dan besar.

Sosialisasi, seperti dilakukan TNI AL kepada Paskibraka, mengabulkan asa itu. Sosialisasi tersebut bukan hanya menerangkan bahwa TNI AL membutuhkan talenta terbaik, tapi juga menghubungkan kapal dengan gambaran pertempuran yang lebih besar.

Itulah yang ingin kami dengarkan. Itulah yang ingin kami ketahui tentang arah perjuangan kami.

Epilog

Keheningan dapat berbicara banyak. Jika TNI AL tak berbagi dan mendiskusikan konteks strategis secara langsung dan tepat sasaran, kami mungkin akan menerima pesan bahwa kami tak begitu penting dan kami tak ingin berjuang kalau kami dipandang tak terlalu penting.

Tentu saja, sebagai generasi yang pragmatis, kami juga mempertimbangkan isu-isu lain seperti gaji dan keleluasaan bekerja. Namun yang lebih penting lagi adalah apa dampak dari pekerjaan kami, sebab kami ingin berkontribusi pada perubahan yang nyata.

Jadi, pertanyaan mendasarnya adalah "mengapa". Sosialisasi kemaritiman TNI AL kepada Paskibraka adalah salah satu cara untuk menjawab pertanyaan tersebut, dan saya harap upaya ini terus berlanjut ke kaum muda lainnya yang masih menggaruk-garuk kepala tentang masa depannya.

Laut selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas Indonesia. Kita membutuhkan putra/putri terpilih bangsa untuk melindungi dan mempertahankan kedaulatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun