Prajurit angkatan laut selalu berada dalam kondisi kesiapsiagaan yang tinggi, di mana kondisi ini, sampai tingkat tertentu, telah dialami pula oleh tim Paskibraka. Para prajurit TNI AL menjaga kekayaan alam bahari kita dan rute perdagangan kita.
Peran-peran vital seperti itu memerlukan kualifikasi khusus, terutama, "Jiwa nasionalisme, patriotisme, dan kepeloporan serta kepemimpinan," sebagaimana ujar Aspers KASAL dalam kampanye werving TNI AL kepada Paskibraka.
Orang mungkin bertanya, "Buat apa kita menyebut hal-hal sejenis patriotisme ketika tak ada bahaya yang mengancam wilayah nasional kita?" Pertanyaan ini muncul dari asumsi bahwa patriotisme itu seperti Rambo yang menyergap markas musuh dan mempertaruhkan nyawa.
Patriotisme, kenyataannya, lebih luas dari konteks ingatan kita tentang perang di era sebelum kemerdekaan. Patriotisme merupakan perasaan yang menempatkan diri kita sendiri dalam sesuatu yang lebih besar dari diri kita, dan dari sinilah kita memproyeksikan diri kita.
Memang, terutama bagi prajurit-prajurit kita, ingatan (atau pengetahuan) tentang perjuangan leluhur kita dapat melipatgandakan rasa dan nuansa patriotisme. Namun, saya pikir kita bisa menjalani patriotisme dengan cara yang berbeda, dan TNI AL punya caranya tersendiri.
Intinya, sosialisasi kemaritiman oleh TNI AL kepada Paskibraka Nasional merepresentasikan ajakan kepada kaum muda secara keseluruhan. Seperti ujar Aspers KASAL, tim Paskibraka adalah "Energi positif bagi generasi muda lainnya serta masyarakat."
Setiap satu anggota Paskibraka yang masuk TNI AL bakal memicu efek berantai dengan memotivasi dan menginspirasi kaum muda lainnya. Selain itu, menurut saya, metode sosialisasi juga merupakan langkah yang tepat untuk memikat minat kaum muda.
Generasi kami unik karena kami ingin memahami secara jelas, dengan cara yang transparan dan sering kali pragmatis, apa sebenarnya kontribusi yang pada akhirnya akan kami berikan. Mudahnya, kami menginginkan alasan-alasan besar, bukan jargon.
Kami tak cukup mengerti tentang apa itu persaingan kekuatan besar antara negara A dan B dan bagaimana itu akan berdampak pada perdamaian dan keamanan global. Tanpa mengerti, kami enggan berjuang karena kami hanya ingin berjuang untuk sesuatu yang jelas dan besar.
Sosialisasi, seperti dilakukan TNI AL kepada Paskibraka, mengabulkan asa itu. Sosialisasi tersebut bukan hanya menerangkan bahwa TNI AL membutuhkan talenta terbaik, tapi juga menghubungkan kapal dengan gambaran pertempuran yang lebih besar.
Itulah yang ingin kami dengarkan. Itulah yang ingin kami ketahui tentang arah perjuangan kami.