Saat ini kita memiliki terlalu banyak informasi. Aliran konten terlalu deras, terlalu cepat, terlalu intens, terlalu menarik, dan terlalu menumpuk. Kita tak hanya menjadi penerima, tapi juga partisipan dalam ledakan informasi ini. Kita merasa takut ketinggalan.
Saya tak terkecuali. Sebagai mahasiswa Ilmu Politik, saya (merasa) harus mengetahui informasi terbaru, mengikuti arus politik yang tiada henti dan sering kali absurd, dan menerka-nerka manuver para politisi yang kebanyakan pragmatis dan/atau oportunis.
Semua itu bikin saya kewalahan. Saya menjadi sadar akan banyak hal, tapi sedikit sekali (kalaupun ada) yang bisa saya lakukan. Nyaris setiap berita mendorong saya untuk berbicara dan bertindak; hanya saja, hampir semuanya berada di luar kendali saya.
Dalam sebuah studi di Amerika tahun 2022, ilmuwan politik Kevin Smith memperkirakan bahwa sekitar 50-85 juta orang Amerika menderita kelelahan yang disebabkan oleh politik. Sebesar 40% melaporkan bahwa politik adalah sumber stres dalam hidup mereka.
Baca juga: Alasan Mengapa Saya Bukan Seorang StoikItu karena dalam politik, orang kerap diberitahu bahwa segala sesuatu sedang "bermasalah" meskipun sebenarnya tidak. Politik meramalkan terlalu banyak bencana. Alhasil, orang jadi gampang khawatir, marah, bahkan putus asa.
Seorang teman yang idealis pernah mengeluh kepada saya: "Haruskah nanti aku memiliki anak, mengingat krisis iklim yang akan dihadapinya?" Ini terdengar mulia; saya menanggapinya dengan serius. Di ujung, saya bergurau bahwa dia terlalu banyak membaca berita.
Tentu saja, sebagai warga negara dan bukan mahasiswa ilmu politik, saya tak bilang berita politik itu tak penting. Di sini saya akan menunjukkan bahwa menerima terlalu banyak informasi, paradoksnya, justru tak membuat kita makin pintar (apalagi bijaksana).
Apa yang kita perlukan sekarang adalah diet informasi.
Kecanduan informasi
Bagi nenek moyang kita, informasi adalah urusan bertahan hidup. Anda pastinya tak mau berjalan di tengah hutan sendirian sambil mewaspadai bison, tapi kemudian mati karena keracunan buah yang Anda petik sendiri.
Memang, bagi otak, informasi adalah semacam hadiah tersendiri, terlepas apakah itu berguna atau tidak. Sama seperti kita menyukai kalori kosong dari makanan cepat saji, otak bisa melebih-lebihkan penilaian terhadap informasi meskipun mungkin itu tak berguna.