Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Selain Diet Makanan, Kita juga Perlu Diet Informasi

28 Agustus 2023   16:29 Diperbarui: 29 Agustus 2023   01:31 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia merasa terbebani oleh informasi yang berlebihan dan sering kali merasa kesulitan untuk memfilter, memprioritaskan, dan melupakan apa yang tak dia inginkan atau butuhkan. Ketidakmampuannya untuk melupakan ternyata menghambat kesehariannya.

Kisah Shereshevsky mungkin terasa begitu jauh bagi kita. Jangankan mengingat rumus fisika, lirik lagu kesukaan saja kadang kita lupa. Tapi sebenarnya kita semua, pada tingkatan yang berbeda-beda, mengalami masalah yang serupa dengan Shereshevsky.

Sebelum adanya internet, sulit untuk mengakses informasi yang relevan; kini, kita sangat kesulitan untuk memilih dan membedakan informasi yang relevan.

Memang, informasi dan pengetahuan adalah sesuatu yang sangat hebat. Namun, semua itu juga punya kualitasnya tersendiri. Meskipun penting untuk tetap terinformasi, terlalu banyak informasi dapat memicu kebingungan, kecemasan, dan kontraproduktif.

Ironisnya, harus saya katakan, terkadang lebih baik untuk tak tahu. Terkadang ketidaktahuan adalah kebahagiaan, terutama pada era di mana berita-berita mengedepankan sensasionalisme. Jika kita tak bisa bebas dari berita, kita bisa, paling tidak, diet terhadapnya.

Sama halnya ketika kita mencoba diet makanan untuk meningkatkan kesehatan fisik kita, diet informasi adalah cara untuk mengontrol apa yang kita konsumsi guna menjaga kesehatan mental kita.

Ini tak sama dengan detoksifikasi digital, yang tujuannya adalah memutuskan hubungan sepenuhnya. Justru, diet informasi adalah soal merancang kebiasaan kita dan membentuk lingkungan kita sehingga kita bisa mengonsumsi informasi dengan penuh kesadaran.

Jika sebelumnya kita terbiasa memikirkan "obesitas" dalam hal fisik (berat badan berlebihan yang menyumbat arteri dan membebani jantung kita), kini kita harus menyadari adanya "obesitas informasi" yang menyumbat mata, pikiran, dan inbox kita.

Kita harus belajar bagaimana menyaring, memahami dari mana informasi berasal dan siapa yang berada di belakangnya. Bayangkan Anda memasuki ruangan yang penuh dengan makanan; jika Anda tak bisa mengendalikan diri, Anda bisa memakan semuanya dan lalu jatuh sakit.

Hal yang sama juga terjadi pada informasi. Dalam bukunya "The Information Diet: A Case for Conscious Consumption" (2012), Clay Johnson menganalogikan diet informasi dengan diet Michael Pollan.

Diet Michael Pollan kira-kira begini: "Makanlah makanan. Jangan berlebihan. Sebagian besar tanaman." Dalam hal informasi, Johnson mengubahnya menjadi begini: "Carilah informasi. Jangan berlebihan. Sebagian besar fakta."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun