Ketika hidup kita jadi lebih sibuk, media sosial menjanjikan kemudahan dan kecepatan bagi kita semua untuk terhubung. Tak ada lagi tatap muka yang canggung; sebaliknya, komunikasi berubah jadi bentuk koneksi yang instan tanpa memandang jarak geografis.
Bagaimanapun, perusahaan media sosial nyatanya hanya memperparah dan mengeksploitasi epidemi kesepian. Platform-platform ini adalah rute pelarian, sebuah cara untuk terhubung dengan seseorang yang tak ada, atau hanya ada dalam bentuk jejak tertulis.
Dengan kata lain, terhubung di media sosial sering kali hanya menciptakan lebih banyak keterputusan. Pertimbangkan filter bubble yang bikin kita makin terpapar oleh konten dan informasi yang selaras dengan preferensi dan kepercayaan kita sendiri.
Alih-alih lebih terhubung, filter bubble tampaknya membuat kita lebih mudah mengabaikan orang-orang yang tak kita setujui. Kita tentu saja lebih terkoneksi, tapi juga lebih terisolasi. Kita memiliki ribuan "teman" atau "pengikut", dan kita masih merasa kesepian.
Gejala itu turut berdampak pada persahabatan (friendship). Sementara media sosial memungkinkan kita untuk berteman dengan siapa pun, pertemanan yang terbentuk melaluinya juga sangat rapuh karena setiap orang bisa memutuskannya tanpa upaya berarti.
Namun, mari untuk tak terburu-buru menilai dan melihatnya dari berbagai sisi. Pertama-tama saya akan menguraikan sisi cerahnya, kemudian bagaimana dan mengapa persahabatan tak lagi sama di era media sosial, serta apa yang seharusnya kita lakukan.
Media sosial bisa merekatkan persahabatan
Kita semua punya sahabat, atau setidaknya teman, sebelum kita bikin akun media sosial. Jadi, walaupun kita gagal mendapatkan teman baru di media sosial, kita masih bisa memperdalam hubungan kita dengan teman yang ada.
Kita bertemu mereka di kampus atau antrean bank, kemudian kita berbagi cerita tentang hobi masing-masing. Lantas kita berteman di Facebook, saling follow di Instagram. Makin banyak media yang kita gunakan untuk menjaga hubungan, makin kuat ikatan itu.
Dalam kasus saya, media sosial bahkan mempertemukan saya dengan teman lama yang sudah sekian tahun tak berjumpa.Â
Saya ingat waktu itu awal pandemi, keadaan masih mencekam, dan kami berbagi cerita tentang orang terdekat kami yang terinfeksi Covid-19.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!