Konon, kesepian sama dengan kesendirian. Ini berarti setiap periode kesendirian harus dilihat sebagai periode kesepian. Namun, ini tak sepenuhnya benar. Jika orang memilih untuk duduk sendirian di kamarnya ketika semua asyik berpesta, itu tak berarti dia kesepian.
Sebagian menikmati kesendirian sebagai momen ketenangan. Pikirkan seorang pianis dalam sesi latihan yang panjang, atau novelis yang sedang menekuni naskahnya, atau pemahat kayu pada jam kreatifnya; semua itu melibatkan kesunyian dan kesendirian.
Menurut pengertian ini, kesendirian merupakan syarat untuk kedekatan seseorang dengan apa yang jadi hasratnya. Kesendirian memberinya ruang berpikir dan berekspresi, lalu terciptalah karya dan simbol yang merepresentasikan identitas kreatornya.
Di situ kesendirian bukan hanya dibiarkan utuh, seperti ungkap Hannah Arendt, tapi terutama diperlukan untuk semua yang disebut kegiatan produktif manusia. Kita meninggalkan sejenak rutinitas dan menjemput kesenyapan untuk bisa mendengarkan suara hati kita sendiri.
Memang, kesendirian bisa berubah jadi kesepian. Ini terjadi saat kesendirian lebih merupakan efek isolasi sosial ketimbang kesengajaan, yang akhirnya memicu berbagai keraguan dan kegelisahan. Pikiran kita dipenuhi ingatan buruk alih-alih kreativitas.
Bagaimanapun, meski kesendirian dapat menjadi salah satu faktor kesepian, itu masih belum menjelaskan keseluruhan ceritanya. Lantas apa esensi dari kesepian? Kapan kesendirian jadi momen kreatif dan di lain waktu jadi jam-jam kesepian?
Orang bisa kesepian dalam keramaian
Epictetus agaknya merupakan orang pertama yang memisahkan kesendirian dari kesepian. Menurutnya, orang merasa kesepian ketika dirinya dikelilingi oleh orang lain, tapi tak mampu menjangkau seorang pun untuk diajak bicara, terkucil secara sosial.
Kata Gadamer (1988, hlm. 104): "Kesepian merupakan pengalaman kehilangan, [sedangkan] kesendirian merupakan pengalaman pelepasan." Apa yang hilang dalam kesepian adalah kedekatan dengan orang lain.
Demikianlah, kesepian berasal dari jarak antara hubungan sosial yang kita miliki dalam hidup kita dan hubungan sosial yang kita idamkan. Makin besar jarak antara tingkat koneksi yang diinginkan dan tingkat koneksi yang sebenarnya, maka makin kesepian pula kita.
Ini adalah keadaan pikiran, bukan kondisi yang tetap, dan terletak pada perasaan dimengerti oleh orang-orang di sekitar kita. Kita bisa saja memiliki banyak teman, tapi selama kita tak merasa terhubung dengan mereka, kita hanya akan mendapati perasaan hampa.
Itulah sebabnya ada orang-orang yang memiliki banyak teman tapi tetap merasa kesepian dan terisolasi jauh di dalam hati. Apa yang mereka sebut "teman" ternyata hanya kenalan semata, tak ada kedekatan dan koneksi yang bikin sebuah hubungan jadi bermakna.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!