Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar Memberi Saya Banyak Waktu Luang (dan Ruang untuk Berbuat Salah)

16 Mei 2023   06:00 Diperbarui: 16 Mei 2023   07:11 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pagi jalan menuju Perpustakaan Pusat Universitas Padjadjaran (8/5/2023) | Dokumentasi pribadi

Sekarang, dan saya masih tak menduga ini terjadi, sebagian besar yang saya miliki adalah waktu luang. Pendidikan itu sendiri sudah jadi waktu luang. Bagi saya, ini tak berarti banyak selain ruang untuk mengacau dan berbuat salah. Mari saya ceritakan.

Hak istimewa untuk membuang-buang waktu

Saya (kemeja cream) dan teman kelompok berfoto di sela-sela diskusi proyek MBKM | Dokumentasi pribadi
Saya (kemeja cream) dan teman kelompok berfoto di sela-sela diskusi proyek MBKM | Dokumentasi pribadi

Kita harus mulai dengan fakta bahwa kebanyakan dari kita bahkan tak mengerti apa arti kata "waktu luang", karena tentu saja tak sesederhana berbaring di tempat tidur. Sebelumnya saya sudah uraikan bahwa waktu luang diterjemahkan sebagai "skhole" (Yunani) atau sekolah.

Secara historis, waktu luang berarti kebebasan dari pekerjaan yang diperlukan untuk bertahan hidup. Inilah mengapa, menurut Aristoteles, waktu luang adalah kesenggangan untuk aktivitas intelektual. Dalam momen jeda inilah, paradoksnya, orang belajar dan mengerti sesuatu.

Demikian, waktu luang bukan sekadar jam-jam kosong. Waktu luang adalah kondisi pikiran yang aktif, tempat di mana imajinasi dan wawasan melayang-layang tanpa tekanan. Dengan kata lain, waktu luang sangat produktif.

Program Merdeka Belajar, sejauh yang saya alami sekarang, telah merangkul manfaat dari "momen-momen santai" semacam itu. Maksudnya, pembelajaran sudah dijadikan salah satu benang merah yang mengalir di antara waktu luang dan pendidikan.

Dengan waktu luang inilah kita dapat, jika kita mau, menambahkan bagaimana dan mengapa kita belajar. Karena waktu luang tak punya batasan yang pasti, kita jadi bisa belajar di mana-mana, seperti bekerja dan bermain sekaligus.

Bagi saya, melimpahnya waktu luang karena tiada "kelas formal" seperti biasanya bukanlah apa-apa kecuali ruang yang lebih besar untuk berbuat salah dan mengacau dan mengulang. Ironisnya, inilah yang saya pikir menjadikan pembelajaran lebih manusiawi.

Faktanya, sepanjang sejarah ilmu pengetahuan, proses penemuan selalu diwarnai oleh awal yang keliru dan salah arah. Ini dipenuhi oleh dilema dan drama, terutama saat eksperimen bertentangan dengan teori mapan, kemudian sang penemu sadar bahwa sesuatu harus diubah.

Dalam bukunya "Conjectures and Refutations", Karl Popper menulis, "Sejarah sains, seperti sejarah semua gagasan manusia, adalah sejarah mimpi yang tak bertanggung jawab, keras kepala, dan salah total... Dalam sains, kita sering belajar dari kesalahan kita."

Pembelajaran yang bermakna memerlukan keterlibatan yang mendalam dengan semesta ide. Inilah mengapa, jika kita ingin mendalami sebuah topik, kita membutuhkan banyak waktu, terutama hak istimewa untuk membuang-buang waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun