Kemungkinannya adalah seseorang bakal segera membalas dan mengoreksi kesalahan saya bahwa bintang paling terang di langit malam bukanlah Vega, melainkan Sirius. Ini hanyalah contoh kecil.
Seiring berjalannya waktu, saya memandang Hukum Cunningham kadang lebih bagus untuk mengetahui suatu informasi daripada sekadar bertanya tanpa sinyal emosional apa pun. Sebagian besar orang tak tahan dengan pernyataan salah yang tak dikoreksi.
Suatu kali saya bilang kepada seorang teman kelas bahwa Karl Marx sebenarnya tak pernah menolak agama. Dia spontan membantah saya dan berbicara lebih lama dari biasanya. Saya bahkan tak diberi kesempatan untuk menjelaskan maksud saya.
Namun secara bersamaan, ketika saya bersedia mendengarkannya dengan sepenuh hati, saya mengetahui beberapa hal baru tentang Marxisme. Di momen lain saya mengulangi kenakalan saya. Kali ini saya benar-benar duduk sambil menikmati makanan ringan.
Hukum Cunningham dicetuskan oleh Steven McGeady pada tahun 2010. Dia mengirimkan sebuah artikel ke New York Times, mengenang pengalaman kerja samanya dengan Ward Cunningham, penemu wiki, sekitar tahun 1980-an.
Menurut McGeady, Cunningham pernah memberikan nasihat iseng bahwa orang lebih cepat mengoreksi jawaban yang salah ketimbang menjawab pertanyaan. Meski mulanya mengacu pada interaksi di Usenet, nasihat itu tampaknya juga berlaku di komunitas online lainnya.
Cunningham sendiri sebenarnya menyangkal kepemilikan atas “hukum” tersebut. Menurutnya, kalaulah Hukum Cunningham itu memang benar, menyebarkannya di internet justru akan membantah dirinya sendiri.
Namun terlepas dari itu, Hukum Cunningham sebenarnya bukanlah sesuatu yang orisinal. Sebuah pepatah Prancis bilang: “beritakanlah kepalsuan untuk mengetahui kebenaran”.
Sherlock Holmes mungkin akan setuju dengan prinsip tersebut. Dalam serial TV terkenal “Sherlock”, misalnya, ada sebuah kalimat begini: “Orang-orang tak suka memberitahumu tentang sesuatu. Mereka suka membantahmu.”
Pada tahun 80-an, ketika Cunningham diduga mengatakan kalimat yang dibantahnya, internet dibangun berdasarkan diskusi, kolaborasi, dan kemauan untuk bereksperimen tanpa takut berbuat salah.
Sekarang, berkat sumber informasi seperti Wikipedia dan (baru-baru ini) ChatGPT, sebagian besar informasi dapat ditemukan tanpa interaksi langsung dengan manusia. Kini kita punya akses yang lebih mudah terhadap informasi, tapi kita juga cenderung mendistorsinya.