Kita yang telah berusaha dengan jujur dan berani untuk berjuang habis-habisan di medan pertempuran jiwa yang hening tahu bahwa melupakan tak pernah mudah. Pemutusan suatu hubungan romantik atau ditinggal mati sahabat; jiwa yang sakit tak gampang melupakan.
Benar, seni melupakan adalah pertarungan nyata yang senantiasa sulit, tapi kita tetap bisa menang atasnya. Mari kita lupakan duri keseharian dengan mengingat bunga mawar dan segala kemungkinannya, potensinya.
Mari kita lupakan kekecewaan dalam keberanian dan tekad baru. Kita lupakan kesedihan, rasa malu, kesalahan, dan kegagalan di masa lalu. Sebagai gantinya, mari kita berkonsentrasi pada hari-hari yang baru, segar, jernih untuk kehidupan yang lebih tinggi.
Sekalipun ingatan menopang hidup kita, itu tak menentukan apa artinya menjadi manusia. Lebih banyak kerugian akan menyusul. Ingatan baru-baru ini hanyalah hantu dan bayangan. Ingatan bukanlah segalanya.
Toh hidup kita bukanlah rangkaian daftar belanja atau nomor telepon yang harus diingat setiap puluhan detik. Kita lebih dari apa yang bisa kita ingat. Beberapa dari kita menderita Alzheimer, namun mereka masihlah manusia, bagian dari kita semua.
Kita tak harus jadi martir ingatan. Sembilan puluh persen lebih kelupaan yang terjadi pada kita adalah normal. Jika kita stres tentangnya, kita hanya akan memperparahnya. Kemampuan kita untuk melupakan sama pentingnya dengan kemampuan kita untuk mengingat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H