Misalnya, jika saya tak memerhatikan di mana saya meletakkan kacamata, kemudian saya tak bisa mengingatnya nanti, sebenarnya saya tak melupakan apa pun. Pada dasarnya, ingatan itu memang tak pernah terbentuk.
Kendati begitu, langkah tersebut barangkali penting kalau kita sadar dalam pengalaman dan tak ingin menyimpannya dalam memori kita. Jangan perhatikan. Alihkan pandangan. Jangan dengarkan. Buat pengalihan. Informasi tak akan dikodekan ke dalam otak.
Sekarang bagaimana jika kita ingin melupakan ingatan yang sudah terkonsolidasi dan masuk ke penyimpanan jangka panjang? Hindari paparan isyarat dan konteks yang akan memicu ingatan itu muncul. Jangan pergi ke sana. Jangan memikirkannya atau membicarakannya.
Semakin kita bisa membiarkannya, semakin ingatan itu melemah dan dilupakan. Tentunya, strategi ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, terutama bagi mereka yang sedang atau pernah mengalami trauma. Konsultasi kepada terapis amat dianjurkan.
Namun, bagi ingatan yang mengganggu dan belum kronis, seni melupakan lebih dari cukup.
Ini bukan tentang menjaga dunia agar tak mengetahui rasa sakit atau pergumulan kita dengan menyamarkan kesedihan lewat senyuman, seolah kita sudah lupa soal semua nestapa yang menggelora dalam diri kita.
Dalam hal itu, gagasan represi-nya Freud barangkali benar. Alih-alih, seni melupakan adalah paradoks: kita tak bisa melupakan dengan berusaha keras untuk melupakan. Ini hanya akan memperdalam dan memberi vitalitas baru pada memori.
Seni melupakan berarti mengingat yang lebih baik. Ini menggantikan satu ingatan dengan yang lain, semacam penawar. Kita berkonsentrasi pada fase kedua sehingga fase pertama bisa dilemahkan, dinetralkan, dan memudar seperti noda tinta yang dirawat dengan baik.
Itu adalah menghilangkan rumput liar dari taman pikiran, kemudian menanam bunga anggun dan memikat sebagai gantinya. Itu menumbuhkan minat baru, hubungan baru, serta aktivitas baru. Kita tak sekadar membiarkan waktu berlalu; kita juga bermitra dengannya.
Ingin melupakan kekacauan di tempat kerja hari ini? Cobalah masak makan malam yang kompleks. Mau melupakan nilai rendah di kelas setelah begadang belajar? Cobalah membaca buku, atau bahkan menulis cerpen, sehingga Anda tak bisa direduksi ke dalam angka semata.
Memang, mudah untuk bilang kepada seseorang yang menderita penyesalan, "Oh, lupakan saja semuanya. Waktu terus berlalu."