Kemampuan kita untuk melupakan bukanlah kegagalan, melainkan pelengkap penting dalam mengingat, sebuah penguraian mental yang tanpanya kita bakal kesulitan mengasimilasi data baru. Pendeknya, ingatan yang efektif kerap membutuhkan pelupaan.
Seni melupakan
Setiap kali saya menjinjing kantong belanjaan keluar dari toko, saya harus ingat di mana saya memarkir motor saya. Jika saat ini saya malah mengingat posisi parkir saya sebulan lalu dan kemarin, saya bakal bingung harus pergi ke mana.
Dari perspektif itu, terkadang kita perlu melupakan satu hal untuk memerhatikan, dan karenanya mengingat, hal lain. Artinya, melupakan dapat memfasilitasi ingatan yang lebih baik dan lebih penting.
Menariknya, bila kita perdalam lagi makna itu, mereka yang paling baik dalam melupakan dengan sengaja adalah mereka yang juga paling baik dalam mengingat sesuatu. Pikiran yang tajam dan sehat adalah pikiran yang bisa mengingat dan melupakan secara tepat.
Namun, pertanyaannya, bisakah kita melupakan sesuatu dengan sengaja?
Kita cenderung menganggap lupa sebagai pengaturan default kita, yang berarti tidak dalam kehendak kita. Kecuali kalau kita secara aktif melakukan sesuatu untuk mengingat informasi, otak kita otomatis akan melupakannya. Mudah, bahkan terlalu mudah bagi lansia.
Tapi melupakan juga bisa menjadi seni tersendiri: aktif, disengaja, dan diinginkan. Dalam kesaksian Cicero, ketika Themistocles ditawari pengajaran seni mengingat oleh Simonides, Themistocles menjawab bahwa dirinya lebih suka seni melupakan.
"Karena aku mengingat hal-hal yang bahkan tak ingin aku ingat," katanya, "tapi aku tak bisa melupakan hal-hal yang ingin aku lupakan."
Sebagai sebuah seni, melupakan bukanlah fase tak mengingat, di mana sebuah nama atau tanggal tak punya cukup kekuatan untuk muncul dari lautan ingatan. Ini adalah pemotongan kata-kata yang tak perlu dari teks kehidupan kita.
Seorang editor hebat pernah berkata, "Esensi pengeditan adalah mengetahui apa yang harus dibuang ke keranjang sampah." Begitu pula esensi seni melupakan; ini adalah proses "mengusir" apa-apa yang tak layak, ingatan menyedihkan, dan ambisi yang kejam.
Seni melupakan, dengan demikian, mengajari kita tentang bagaimana cara melupakan dan apa yang harus dilupakan. Ini bukan tentang ketidakmampuan kita dalam mengingat sesuatu yang sedari awalnya tak kita perhatikan.