Namun, menurut James, emosi apa pun sepenuhnya merupakan hasil dari pengamatan orang terhadap perilaku mereka sendiri. Dilihat dari perspektif ini, orang tak pernah tersenyum karena bahagia, melainkan merasa bahagia karena mereka tersenyum.
Atau, menggunakan penjelasan James: "Anda lari dari beruang bukan karena Anda takut terhadapnya, tapi menjadi takut pada beruang karena Anda lari darinya." Saya maklum kalau orang merasa keberatan dengan gagasan ini, sebab begitu pula saya pada mulanya.
Tapi ada seabrek penelitian yang mendukung gagasan James. Untuk menyebutkan salah satunya, Strack dkk. (1988) mengatakan kepada peserta bahwa mereka sedang menyelidiki cara baru untuk menulis bagi orang yang lumpuh di bawah leher.
Separuh dari peserta diminta untuk menopang pensil secara horizontal di antara gigi mereka (memaksa wajah mereka menjadi senyuman), dan separuh lainnya diminta untuk memegang pensil di antara bibir mereka (membentuk ekspresi cemberut).
Hasilnya, peserta yang menopang pensil di antara gigi mereka tiba-tiba merasa jauh lebih bahagia.
Gagasan James, bahwa perilakulah yang menyebabkan emosi tertentu, membuat orang harus bisa menciptakan perasaan apa pun yang mereka inginkan hanya dengan bertindak seolah-olah mereka sedang mengalami perasaan atau mood tersebut.
Para aktor agaknya menjalankan "trik" itu. Ketika mereka harus mendalami suatu peran yang, katakanlah, melankolis, mereka pertama-tama bertindak seolah mereka memang melankolis, dan lalu tiba-tiba mereka merasakan suasana hati yang tepat.
Richard Wiseman, dalam bukunya Rip it Up, menyebut "trik" itu sebagai prinsip "Seolah-olah". Prinsip ini bukan hanya tentang memaksa wajah kita untuk tersenyum, tapi berlaku dalam hampir setiap aspek keseharian, termasuk cara kita berkata-kata.
Saya sudah cukup lama menerapkan prinsip itu dalam aktivitas menulis. Jika saya merasa terjebak dan terus menunda-nunda sebuah esai, saya bakal membayangkan diri saya sedang duduk tekun di meja belajar dengan konsentrasi penuh (dan segelas kopi).
Dan entah bagaimana saya mulai berada dalam kondisi itu.
Mark Manson, yang saya kira juga terinspirasi dari James, menyebut prinsip semacam itu sebagai prinsip "Lakukan Sesuatu". Bunyinya: "Tindakan Anda menciptakan reaksi dan inspirasi emosional lebih lanjut dan terus memotivasi tindakan Anda di masa depan."