Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kontroversi Piala Dunia Qatar, Antara Politik dan Olahraga

28 November 2022   20:13 Diperbarui: 28 November 2022   20:52 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nicolas Otamendi (19) dan Saleh Al-Shehri (11) berduel di udara dalam laga Argentina melawan Arab Saudi | Gambar oleh Yukihito Taguchi via CNN

Tapi tak ada yang baru.

Ironi dari banyaknya kritik terhadap Qatar adalah bahwa sebagian besar tak ada hubungannya dengan menemukan solusi struktural untuk mendukung hak orang-orang queer lokal, perempuan, atau imigran.

Terlebih kita mesti ingat bahwa Qatar juga bukan negara demokrasi, atau setidaknya sangat lemah. 

Pemilihan pertama berlangsung pada Oktober 2021, dengan parpol dilarang dan semua kandidat mencalonkan diri secara independen. Tak ada perempuan yang terpilih dan, menurut Human Rights Watch, ribuan warga Qatar telah disingkirkan dari pemungutan suara. 

Ironi lainnya adalah bahwa selama beberapa bulan terakhir, Qatar telah menjadi mitra dekat Barat, terutama dalam memastikan Eropa berkecukupan bahan bakar untuk musim dingin di tengah kebuntuan geopolitiknya dengan Rusia. 

Jadi, sementara wartawan dari negara-negara itu bersikap keras terhadap Qatar, pemerintah mereka sebenarnya telah bekerja keras untuk "menjilat" negara Teluk itu.

Saya belum mengambil posisi apa pun soal ini; saya perlu lebih banyak informasi. Yang jelas saya percaya bahwa warga dunia memang mengemban tugas penting untuk bersikap kritis, menyuarakan pendapat, dan menghidupkan perdebatan tentang isu-isu krusial.

Namun, ada waktu dan tempat untuk diskusi semacam itu.

Saya suka dengan ungkapan jurnalis Jasper Hamann: "Jika reporter Barat ingin dunia yang menumbuhkan toleransi, kesetaraan dan hak universal, mereka semestinya sadar bahwa mereka punya kekuatan untuk memengaruhi aktor paling kuat di dunia: pemerintah mereka sendiri." 

Dan dalam olahraga internasional, pemenang tak selalu berada di lapangan.

Ketika diminta untuk memprediksi pemenang Piala Dunia 2018 pada bulan Mei, Presiden Putin menjawab bahwa "pemenangnya adalah penyelenggara". Itu berarti, tentu saja, dirinya sendiri. Dan untuk sekali ini, Putin tak berbohong. 

Mengapa olahraga tak bisa lepas dari politik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun