Sebagai gantinya, mereka membayangkan kepastian, sebab ambiguitas itu terlalu berat untuk ditanggung dan, karenanya, mereka dengan senang hati menukar itu dengan kepastian delusi. Singkatnya, itu membuat mereka merasa cukup utuh.
Kendati begitu, itu tidak mengubah fakta bahwa hanya karena mereka merasa yakin tentang sesuatu, bukan berarti itu benar. Untuk menjadi sehat dan bahagia, tampaknya kita harus mengakui bahwa ada beberapa ketidakpastian dalam hidup.
Dan orang-orang kreatif (sering kali) memulai karyanya dengan penerimaan dan pengakuan semacam itu.
Merayakan ambiguitas
Kota-kota yang tercatat (pernah) menghasilkan para genius, seperti Athena, Florence, dan Edinburgh, menciptakan atmosfer yang menerima, bahkan merayakan ambiguitas. Genius kreatif, seperti ungkap psikolog terkemuka Dean Simonton, melibatkan "superfluity dan backtracking."
Superfluity adalah kesediaan untuk menuruti firasat yang bisa saja ternyata hanyalah jalan buntu, sedangkan backtracking menandakan bahwa seorang kreator harus sering kembali ke pendekatan sebelumnya setelah membabi buta pergi ke arah yang salah.
Terlebih, jika kreativitas berarti mencetuskan ide-ide baru atau setidaknya menambah nilai elemen-elemen yang sudah ada, maka para genius kreatif akan sering berhadapan dengan tahap evaluasi: mereka harus memutuskan apakah wawasan mereka berharga dan layak dikejar.
Tahapan itu sering kali merupakan bagian proses yang paling emosional, sebab seseorang merasa paling tidak pasti dan ragu-ragu. Apakah ide ini benar-benar baru, atau sudah jelas? Apa yang akan orang lain pikirkan? Ini adalah periode kritik diri, pencarian jiwa.
Dengan demikian, melanjutkan pencarian itu berarti bersedia untuk lebih toleran terhadap ketidakpastian. Sebab, ketika kita menciptakan sesuatu yang baru, bahkan jika itu asing bagi kita, kita harus menghadapi ketidakpastian tentang bagaimana hasil akhirnya.
Memang kurang jelas apakah menoleransi ketidakpastian membuat kita lebih kreatif atau apakah menjadi kreatif membuat kita menoleransi lebih banyak ketidakpastian, tapi saya kira itu hampir pasti jalan dua arah (menuju tempat yang satu).
Orang yang lebih kreatif mungkin lebih nyaman untuk memulai suatu karya dengan ketidakpastian, tetapi itu dapat bekerja secara terbalik juga: penerimaan mereka terhadap ketidakpastian juga membuat mereka lebih kreatif.
Hal itu sejalan dengan berbagai temuan penelitian bahwa toleransi ambiguitas berkorelasi positif dengan kreativitas (Zenasni dkk., 2008), dan bahwa toleransi ketidakpastian telah menjadi faktor sine qua non kreativitas (Ohly & Binnewies, 2009).