Dengan demikian, sedikitnya kita dapat menyimpulkan bahwa Meursault adalah tokoh "anti-hero" yang menghidupi absurditas dan pemberontakan (dua kata kunci penting dalam filsafat Albert Camus).
Kala itu, gaya demikian memperlihatkan suatu pembaruan dalam penulisan sastra Prancis, yang secara umum mereka sebut litterature bourgeoise karena banyak menceritakan tokoh borjuis mapan. Sedangkan Camus justru menampilkan seorang rakyat jelata.
Pembaruan juga terjadi dalam hal bahasa. Kalimat-kalimatnya pendek, bukan kalimat panjang yang lazim terkandung dalam kesusastraan Prancis. Novel Orang Asing juga tak begitu sering menggunakan kata penghubung, sehingga Sartre menyebutnya "terpulau-pulau".
Orang Asing mengandung tema-tema kuat secara konsisten, namun jelas, keasingan mendominasi keseluruhan cerita.
Meursault terlihat asing dalam segala hal. Dia bukan hanya seorang asing di Aljazair, tetapi juga asing terhadap kebudayaan, dunia, waktu, dan bahkan asing terhadap dirinya sendiri. Oleh sebabnya, gaya "tidak peduli" dalam novel ini membuatnya seperti tulisan telanjang yang berakhir dengan skandal.
Barangkali hanya sedikit hal yang tampaknya begitu akrab bagi Meursault (dan kiranya merepresentasikan Camus sendiri): suasana laut dan guyuran matahari.
Nahas, pantai dan matahari pula yang kemudian menggiring Meursault ke dalam malapetaka, sebab dia menembak seorang Arab di bawah terik matahari, di atas kelembutan dataran pasir.
Keakraban tersebut tampaknya juga menjadikan pantai dan matahari sebagai sesuatu yang asing, pada akhirnya. Matahari yang membuat tokoh utama dijatuhi hukuman mati (dan itu memang dijadikan dalih saat persidangan) seolah melambangkan "takdir" bagi kehidupannya.
Dan takdir terus-menerus membayangi Meursault yang peka terhadap pikiran dan peristiwa-peristiwa yang dialaminya, dalam kaitannya dengan orang lain dan semesta.
Jadi, kalau akhirnya Meursault dihukum mati, itu bukan karena dia berniat membunuh orang Arab di pantai, tetapi lebih karena sengatan matahari yang menyilaukan matanya dan sikap dia yang tak peduli seperti mati rasa.
Proposisi tersebut juga terang-benderang dalam persidangannya, bahwa penuntut lebih banyak mengungkit sikap Meursault yang tidak menangis saat menghadiri pemakaman ibunya daripada perkara tuduhan Meursault sendiri yang membunuh seorang Arab.