Dua insan yang terikat oleh cinta dapat luluh menjadi satu-kesatuan yang sama. Cinta memungkinkan kebahagiaan orang lain menjadi sangat penting untuk kebahagiaan kita sendiri.
Dalam realitas cinta, orang akan melihat bahwa ketika mereka menggores seorang pecinta, maka yang mereka temukan adalah kekasihnya. Apa yang ada dalam pikiran sang pecinta hanyalah segala hal tentang pujaannya dan tidak ada yang lain selain itu.
"Kau salah bila kau membayangkan sedang melihat diriku," tulis Nizami lewat mulut Majnun, "sebab kenyataannya, keberadaanku tidak lagi ada. Aku telah hilang dan hanya cintakulah yang tersisa."
Karenanya menurut Nizami, jalan menuju cinta sejati hanya dapat ditempuh oleh mereka yang bersedia untuk melupakan dirinya sendiri demi cinta dan kesetiaan. Di sini memang jelas beraroma sufistik dan (mungkin) dimaksudkan sebagai cinta kepada Allah.
Cinta tidak bisa diajarkan oleh siapa pun. Cinta harus ditemukan sendiri oleh setiap orang yang mendambakannya, dan hanya di dalam rangkulannya, mereka dapat mengerti makna cinta yang sesungguhnya.
Dengan kesadaran yang lebih tinggi, cinta datang seolah tanpa pertanyaan tentang tanggung jawab. Seorang pecinta melakukan sesuatu karena semata-mata ia senang melakukannya untuk orang yang dicintainya.
Jika kita mencintai seseorang, ya kita mencintainya. Bahkan ketika kita tidak punya sesuatu pun untuk dipersembahkan, toh kita tetap memberinya cinta sehingga cukup ironis (sekaligus indah), bahwa cinta tidak mengharuskan kita untuk melakukan apa-apa yang luar biasa.
"Cinta adalah kekuatanku," tulis Nizami. "Jika cinta itu mati, maka aku akan mati bersamanya." Di bagian lain, nada yang sama juga dilontarkan, "Cintaku adalah rumahku. Di tempat lain, aku hanyalah sosok asing."
Nizami bahkan percaya bahwa cinta sejati punya akar yang kuat dan tidak bisa dicabut oleh apa pun. "Hari di mana cinta itu tersingkir dari hatiku," tulisnya, "akan menjadi hari di mana kau dapat menghitung butiran pasir di gurun."
Jadi bila cinta sejati benar-benar mengakar kuat dalam jiwa seseorang, maka kesakitan apa pun yang disebabkan oleh cintanya hanya dapat disembuhkan oleh kekuatan yang sama.
Sebagaimana Qays yang menjadi "gila" karena Layla, kesembuhannya hanya dapat dipulihkan pula oleh Layla. "Berbaik hatilah dan berikan penghiburan pada hatiku yang sakit," senandung Majnun. "Hanya dengan menerima cintakulah kau akan membebaskanku dari penderitaan."