Tidak ada yang tetap di bawah langit, tetapi dalam realitas yang mendasar, terdapat tetapan-tetapan kosmos yang tidak berubah. Apa yang selama ini kerap kita benci, seperti penderitaan dan rasa sakit, adalah "konstanta" dari semua yang kita sebut sebagai "kehidupan".
Jadi alih-alih menolak "konstanta" itu, lebih baik kita merangkulnya dan memanfaatkannya untuk sesuatu yang berharga. Seperti yang Patrick katakan, "Kau tidak bisa menghentikan sesuatu yang tidak terhentikan."
4. Terkadang kita tidak perlu memaksakan diri
Ketika batu peliharaannya tidak bergerak saat lomba dimulai, Patrick hanya berkata, "Tenang saja Rocky, kau bisa pergi saat kau mau." Dulu saya hanya tertawa mendengar itu, tetapi sekarang, saya belajar sesuatu darinya.
Banyak studi yang menunjukkan bahwa stres dapat membuat otak kita tidak berfungsi secara maksimal. Ketika kita melakukan sesuatu dengan suasana hati yang buruk, maka hasil yang diterima akan sangat tidak efektif atau malah hancur berantakan.
Saya merasakan kebenaran tersebut, utamanya dalam konteks "pekerjaan kreatif". Ketika saya memaksakan diri untuk berpikir keras dalam suasana hati yang buruk, saya hanya mendapati stres saya semakin buruk dan lalu melahirkan kejengkelan.
Karenanya saya termasuk orang yang tidak suka memaksakan diri untuk menulis. Terakhir kali saya melakukannya, saya merasa jijik dengan tulisan saya sendiri. Saya melakukannya bila memiliki cukup energi dan suasana hati yang mendukung.
Dan dalam mode bergairah seperti itu, saya bisa tenggelam ke dalamnya seharian penuh.
5. (Mungkin) Hidup memang tidak adil
Salah satu adegan ikonis dari serial SpongeBob SquarePants adalah ketika Patrick tiba-tiba menjadi raja dan merampas krabby patty dari seekor ikan biru. Dia pun mengeluh dengan berkata, "Ini tidak adil!"
Patrick menyentak, "Hidup memang tidak adil, jadi biasakan dirimu, ya!" Ucapan ini kemudian banyak dikutip orang, terutama oleh mereka yang merasa bernasib malang sepanjang hidupnya.
Tetapi, pertanyaan "adilkah hidup ini" tidak dapat diselesaikan dengan jawaban murahan. Kita bahkan masih memperdebatkan apa itu "adil" yang sesungguhnya. Para filsuf pun, dimulai dari Aristoteles hingga sekarang, membedakan keadilan ke dalam beberapa jenis.
Kita tidak tahu jenis keadilan mana yang tepat untuk dilabelkan pada kehidupan. Setiap jenis keadilan hanya menggambarkan situasi tertentu, bukan untuk melukiskan keseluruhan. Bahkan kita pun tidak bisa melihat kehidupan secara keseluruhan.