Meskipun itu bukanlah alasan supaya kita menjadi pamrih, tetapi dengan mempercayai hukum tersebut, setidaknya kita terdorong untuk berbuat banyak hal dan membagikan kebahagiaan kita sendiri kepada dunia yang kerap murung.
Saya selalu menganggap bahwa orang lain itu bagaikan bayangan saya sendiri yang saya temukan di cermin. Jika saya memukul, bayangan itu juga memukul. Jika saya melihatnya dengan penuh cinta, dia akan memperlakukan saya sama lembutnya dengan itu.
Ingatlah bahwa setiap tindakan mendatangkan reaksi emosional dari pihak lawan dan sering kali kadarnya setara. Ini seperti melemparkan bola basket ke dinding: semakin keras tenaga yang kita kerahkan, semakin keras pula bola tersebut kembali pada kita.
Misalnya, saya memukul Anda tepat di wajah tanpa ada alasan; tidak ada pembenaran, murni sebuah kekerasan. Barangkali reaksi naluriah Anda adalah membalas saya dengan segala cara, entah itu bersifat fisik, verbal, maupun sosial.
Hukum yang sama juga berlaku ketika saya berbuat baik kepada Anda. Jauh dalam lubuk hati, Anda merasa sedang berhutang budi pada saya dan sebuah kesenjangan moral pun memisahkan kita.
Ketika dihadapkan pada kesenjangan moral, emosi-emosi kita akan meluap dan mendambakan kesetaraan, atau setidaknya kembali lagi pada kondisi kesetaraan moral.
Dengan demikian, Anda pun akan berusaha untuk berbuat baik kepada saya dan "rasa bersalah" pun terobati dengan sendirinya. Inilah mengapa cara terbaik untuk dicintai adalah dengan mencintai; untuk "dibahagiakan", kita mesti "membahagiakan".
Menampilkan kebahagiaan sejati atas pencapaian orang lain justru dapat membawa sebagian dari kebahagiaan itu ke dalam jiwa kita sendiri. Dan jika Anda merasa ini sedikit aneh, saya yakin Anda belum pernah melakukannya.
Saya selalu melihat keindahan tertentu dalam diri setiap orang, dan ketika mereka menunjukkan kebahagiaannya, saya melihat keindahan itu semakin jelas memenuhi jiwa mereka, dan saya mengaguminya.
Dalam kata-kata Albert Camus, "Ada lebih banyak hal untuk dikagumi dalam diri manusia daripada yang dibenci."
Barangkali Anda merasa khawatir bahwa kebahagiaan yang Anda tunjukkan tidak akan pernah berbalas, tetapi saya pikir lebih baik mencintai seorang diri daripada melukiskan guratan benci dalam diri sendiri.