Nilai-nilai itu merupakan tujuan yang berdiri sendiri.
Seorang remaja bisa berkata: aku cinta kamu; tetapi konsepnya tentang cinta adalah tawar-menawar bahwa dia berharap akan mendapatkan sesuatu sebagai balasannya, dan bahwa cinta hanyalah wadah terjadinya pertukaran perasaan di antara dua insan yang saling peduli.
Seseorang yang dewasa akan mencintai secara merdeka tanpa mengharapkan sesuatu pun sebagai balasannya, karena dia mengerti bahwa hanya dengan cara itulah, cinta menjadi nyata.
Kedewasaan mendorong seseorang untuk memberi begitu saja tanpa mencari-cari imbalannya, sebab andaikan dia berharap akan pamrih, dia justru menghancurkan tujuan pemberian tersebut.
Kant menulis, "Bertindaklah dengan mendudukkan kemanusiaan, baik berlaku untuk diri sendiri maupun orang lain, senantiasa sebagai tujuan, bukan hanya sebagai sarana."
Itulah yang kita harapkan dari dunia yang serba kacau dan mengerikan seperti sekarang (setidaknya dalam perspektif saya).
Orang dewasa yang memiliki kecukupan harta akan membantu korban bencana dengan alasan sederhana bahwa tindakan itu memang baik dan benar pada dirinya. Tetapi cukup kekanak-kanakan jika ada orang yang berbagi sembako dengan memasang wajahnya sendiri di totebag-nya.
Dunia tampaknya dipenuhi anak dan remaja yang usianya sudah tua. Di satu titik tertentu, kedewasaan tidak ada hubungannya sama sekali dengan usia. Orang dewasa tidak mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Mereka hanya hidup dengan baik.
Dalam kata-kata Kant, "Dua hal memenuhi pikiranku dengan keheranan dan ketakjuban yang semakin besar, semakin sering dan semakin kuat ketika aku merenungkannya: langit berbintang di atasku dan hukum moral dalam diriku."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H