Namun, karena selalu ada ketidakpastian dalam hidup, maka selalu ada risiko dalam hidup. Apa yang membuat kita tetap waras ketika membuat keputusan yang sulit adalah mampu menimbang dengan tepat potensi biaya dan manfaat dari setiap risiko.
Jika ketidakpastian terasa dapat dikelola, maka kita merasa baik dan bahkan menjadikannya sebagai sarana untuk berkembang. Hematnya lagi, kita membutuhkan ketidakpastian dalam kadar tertentu.
Banyak orang yang mampu bertanya pada dirinya sendiri apakah mereka keliru, tetapi hanya sedikit yang mampu untuk melangkah lebih jauh dan mengetahui dengan benar apa artinya jika mereka keliru.
Penyebabnya adalah rasa sakit yang bersemayam di balik kekeliruan tersebut. Aristoteles pernah menulis, "Tanda dari seseorang yang terpelajar terletak pada kemampuannya untuk menertawakan suatu pemikiran tanpa harus menerimanya."
Mampu melihat dan mengevaluasi nilai-nilai yang berbeda tanpa perlu menerapkannya mungkin adalah keahlian utama yang dituntut untuk mengubah hidup seseorang dengan cara yang sangat bermakna.
Itulah mengapa lebih penting daripada masa sebelumnya untuk menjadi baik dalam mempertahankan dan menoleransi rasa takut akan hal yang tidak diketahui. Semakin besar tingkat perubahan sosial, semakin besar pula kebingungan dan ketidakpastian yang muncul.
Kita seolah ditantang untuk bertahan di titik keseimbangan yang terbentang di antara dua keputusan. Kita dapat menjadikan ketidakpastian sebagai pemicu yang mengagumkan untuk perkembangan dan keluasan kreativitas.
Tetapi sebaliknya pun juga mungkin: kita tertelan oleh ketidakpastian itu dan selamanya berbaring di sarang laba-laba yang secepat mungkin akan runtuh ditiup angin atau dihancurkan oleh seorang anak yang sedang berlari mengejar impiannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H