Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Kita Melihat Masalah adalah Masalah Itu Sendiri

2 November 2021   17:05 Diperbarui: 2 November 2021   18:05 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagaimana kita membaca permasalahan akan memengaruhi cara kita menanggapinya | Ilustrasi oleh Pexels via Pixabay

Kekosongan makna membuat masalah terkesan seperti iblis dari luar bumi yang mengacaukan kehidupan manusia. Padahal jika kita mampu melihat kilauan dari setiap masalah, kita akan menyadari bahwa semua itulah kehidupan kita.

Rangkaian makna yang kita rindukan selama ini sesungguhnya terkandung dalam setiap masalah kita sehari-hari. Kita hanya merasa terbiasa dan tidak lagi mampu melihatnya sebagai keajaiban teater dunia yang mengagumkan.

Bahkan kemudian kita menemukan bahwa masalah itu tidak pernah berhenti; mereka hanya datang silih berganti dan/atau meningkat. Jika demikian, berarti hidup adalah tentang memecahkan masalah dan berbahagia bersamanya.

"Apakah Anda ingin memperbaiki dunia?" tanya Lao Tzu. "Aku tidak berpikir itu bisa dilakukan. Dunia itu suci. Itu tidak bisa diperbaiki. Jika kau mengutak-atiknya, kau hanya akan merusaknya. Jika kau memperlakukannya sebagai objek, kau akan kehilangannya."

Lain kali bila Anda merasa begitu berat untuk menyelesaikan sebuah masalah, barangkali kerumitan utamanya tidak terletak pada masalah Anda, tetapi Andalah masalah yang sesungguhnya. Perspektif Andalah yang memberatkan diri Anda sendiri.

Jika Anda memiliki tetangga yang lebih kaya raya daripada Anda, perhatikan bahwa semua itu tidak berarti dia lebih mulia ketimbang Anda. Itu hanya berarti kuantitas hartanya yang melampaui Anda, tetapi kemuliaan adalah persoalan lain.

Seorang teman mengeluh bahwa peringkatnya di kelas menurun akibat sering ketinggalan kelas daring dan malah sibuk bekerja membantu orang tua. Saya katakan padanya bahwa itu bukan berarti dia bodoh. Dia dan teman sebayanya hanya berbeda urusan, dan itu cukup menjelaskan semuanya.

Pada akhirnya, kita mesti bertanggung jawab atas siapa diri kita dan bagaimana kita memilih untuk berpikir tentang dunia. Mendefinisikan masalah ke dalam arti yang sebenar-benarnya bukanlah perkara mudah, tapi toh amatlah mungkin untuk dilakukan dengan hati-hati.

Kita kerap kali menganggap semua masalah sebagai situasi darurat yang harus ditangani cepat-cepat, padahal semakin tergesa-gesa kita terhadapnya, semakin buruk keputusan yang mungkin kita ambil.

Jangan dikira orang yang tenang dan lemah lembut tidak bisa mencapai tujuannya; justru mereka lebih mampu menikmati setiap titik kecil kehidupan daripada orang-orang yang menganggap kehidupan ini seperti panggung kompetisi bagi para serigala yang kelaparan.

Kenyataannya, tidak ada orang lain selain dirinya sendiri yang menciptakan tekanan-tekanan yang dialaminya. Dan jika Anda merasa saya begitu keliru tentang semua ini, saya khawatir Anda gagal menempati posisi lain untuk memandangnya secara berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun