Sebenarnya semua itu adalah masalah kecil bila kita melihatnya dengan jernih. Namun acapkali kita memandangnya sebagai masalah besar yang menyesakkan dada, dan kita merasa wajar untuk menumpahkan segala amarah terhadapnya.
Andaikan kita berkenan untuk melihatnya sekali lagi dengan kesabaran yang melembutkan, kita akan mendapati bahwa kita sendirilah yang menjadi masalahnya. Perspektif kita terhadap suatu permasalahan akan memengaruhi kadar kerumitannya terhadap diri sendiri.
Cara kita membaca realitas akan selalu memengaruhi bagaimana kita meresponsnya.
Kadang-kadang kita memilih untuk menyangkal suatu masalah karena asumsi kita sendiri yang percaya bahwa kita tidak akan mampu menyelesaikannya. Kita mengingkari kenyataan dengan menipu dan mengalihkan diri pada hal-hal yang notabenenya membuat kita nyaman.
Hal yang sebaliknya juga berlaku: kita terlalu menyepelekan beberapa permasalahan yang jelas-jelas ada di hadapan kita, dan kita membuang muka darinya demi keseriusan menyelesaikan urusan lainnya.
Tetapi sering kali, masalah-masalah "sepele" itu seperti ikan yang terjebak dalam jala kita. Ketika kita mengabaikannya, mereka tidak pergi ke mana pun, melainkan hanya pergi sejenak ke dalam air dan kembali lagi ke permukaan dengan lebih gemuk.
Mereka juga seperti bom waktu yang pada waktu tertentu, mereka meledak di hadapan kita dan tidak pernah disangka akan memberikan luka yang sedemikian besar pada kita.
Dalam kasus lain, beberapa dari kita memilih untuk meyakini bahwa mereka tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelesaikan masalah mereka, bahkan ketika faktanya mereka mampu.
Mereka pun mencari kambing hitam atas permasalahannya, dan untuk sementara, mereka merasa aman di balik selimut yang tipis.
"Kita lebih sering menderita dalam imajinasi (baca: pikiran) daripada dalam kenyataan," urai Seneca. Itu berarti pendefinisian kita terhadap masalah juga merupakan faktor penting yang perlu didalami, tetapi sejauh ini kita sering meremehkannya.
Adagium "hidup mengalir seperti air" tampak begitu mengagumkan bagaikan seorang kaisar yang menatap berani medan pertempurannya. Namun jika selamanya kita terbawa arus, kita tidak akan pernah menarik diri dari kebisingan untuk memaknai keseharian kita yang memesona.