Jika orang lain membenci itu, titik terpentingnya adalah saya tidak pernah berniat untuk menyakiti atau mengecewakannya karena saya hanya menjadi diri saya yang apa adanya.
Andaikata dia tetap menyukai dan mencintai saya, pada detik itulah saya tahu bahwa dia adalah teman sejati saya.
Saya tidak perlu lelah menjalani bagaimana standar orang lain terhadap suatu hal, saya bisa menjadi pribadi yang orisinal dan demikianlah "sebutir mutiara dapat berkilauan di tengah-tengah jutaan kerikil yang tidak berharga".
Tetapi mudahkah menjadi demikian? Mudahkah kita menjadi baja dari pukulan palu yang senantiasa berupaya "membentuk" siapa kita?
Saya selalu yakin bahwa apa pun keadaannya, saya dapat tetap eksis menjadi diri sendiri sebab itulah yang menjadi nilai pribadi saya. Dan Anda benar: semudah itu, sesulit itu.
Kesombongan dan kebanggaan yang berlebihan hanya akan terjadi ketika Anda menyadari bahwa tidak seorang pun di luar sana yang memvalidasi nilai Anda.
Saya mengerti bahwa pengakuan dari orang lain atas apa yang telah kita lakukan dengan baik merupakan salah satu kebutuhan kita sebagai manusia (yang punya ego). Tetapi saya tidak suka menggunakan jalan kesombongan.
Bagi saya, pengakuan hanyalah keniscayaan yang entah kita harapkan atau tidak, jika kita benar-benar mengguncangkan pandangan mereka terhadap kita, maka dengan sendirinya pengakuan itu datang pada kita.
Jika kita punya mutiara dalam diri kita, mutiara itu dengan sendirinya akan berkilau pada dunia. Namun jika tidak, bukan tugas kita untuk menunjukkannya secara paksa.
Tugas kita adalah memperbanyak mutiara itu sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mengalangi kilauannya.
Terlalu banyak orang menghabiskan uang yang tidak mereka peroleh untuk membeli barang yang tidak mereka inginkan hanya demi mengesankan orang yang tidak mereka sukai.