Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutemukan Diriku Sendiri

5 Oktober 2021   19:00 Diperbarui: 5 Oktober 2021   19:24 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun kehidupanku berlangsung selama seribu tahun, dibandingkan dengan keabadian yang tak terbatas, maka kehidupanku sama saja dengan satu kedipan mata.

Dari permulaan, hidup telah menunjukkan segel kematian. Hidup dan mati terjalin bagaikan sepasang kekasih, lebih dekat daripada saudara kembar siam sekalipun.

O Putri Kecilku, nestapamu adalah kegagalanku karena akulah pria berdosa yang membuatmu terlahir ke dunia ini. Katakan padaku apa yang kau benci di sini; aku harus segera mengajarimu tentang kebencian supaya kau mengerti betapa lembutnya cinta kasih.

Kau terlempar ke tengah-tengah samudra yang amat luas dengan terjangan ombaknya yang dahsyat; menghempaskan segala sesuatu yang dihantamnya.

Tetapi tugasmu bukanlah menjelajahi samudra sebanyak yang kau bisa. Kau hanya harus berenang ke bagian terdalam hingga menemukan dasar, dan carilah mutiara sekecil apa pun yang kilaunya bisa menjadi cahaya di kala engkau terjebak dalam kegelapan.

Rangkullah mutiaramu dan bergembiralah hingga kematian datang padamu. Tolong berjanjilah padaku untuk itu, sebab aku tidak punya cara lain untuk mengingatkanmu selain dalam surat ini.

Jika kau lelah dan berhenti, maaf, yang tertinggal hanyalah surat ini.

Aku selamanya tidak akan tenang sebelum aku bisa memastikan kau benar-benar melakukannya. Harapanku, kau bisa menikmati kehidupan sebagai dirimu yang apa adanya dan merenungkan alam semesta seolah kau tidak pernah belajar tentang segala hal.

Bunyi sirene terdengar lebih awal. Kini aku berdiri di bawah cahaya bulan yang pucat, panas terik. Noda darah di dada temanku bagaikan peta benua baru yang dipenuhi kekerasan.

Aku merasa planet gelap berputar di bawah kakiku dan tahu apa yang diketahui bintang ketika mereka berkedip seperti bayi yang baru lahir. Langit dipenuhi asap tebal dengan kegelapan yang hangat dan menyesakkan.

Aku pikir perang sudah berakhir. Maksudku perang benar-benar berakhir ... bagi orang-orang yang hendak mati sepertiku. Apakah menurutmu mungkin seluruh manusia menjadi gila?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun