Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menikmati Hidup dengan Menghargai Hal-hal Kecil

17 Agustus 2021   05:30 Diperbarui: 31 Agustus 2021   23:00 2964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita mengabaikan hal-hal kecil hingga kita tersadar bahwa semua itulah yang selalu kita miliki | Ilustrasi oleh Free-Photos via Pixabay

Pernahkah Anda berpikir bahwa samudra yang terbentang luas di muka bumi adalah kumpulan tetesan kecil air yang selama ini nyaris tidak pernah Anda pedulikan? Atau pernahkah Anda mengagumi istana lego yang disusun atas satuan balok mungil?

Atau pernahkah Anda memerhatikan seluruh tubuh Anda bahwa Anda terdiri dari daging dan darah yang bekerja dengan sistem super-rumit, dan bahwa Anda tidak memerlukan semacam remot untuk mengendalikannya secara manual?

Belakangan saya menikmati hidup dengan hal-hal kecil: menghirup udara segar di pagi hari, merasakan rumput di antara sela-sela jari kaki, mendengarkan nyanyian burung-burung yang jarang berirama, menikmati senja oranye, tersesat dalam buku-buku bagus.

Hanya perasaan hidup itu sendiri, dan fakta mutlak yang menakjubkan bahwa saya ada di sini sekarang, bernapas, berpikir, melakukan sesuatu yang saya senangi. Menghidangkan apa yang tersedia, lalu menyantapnya dengan penuh kenikmatan.

Saya mulai berpikir ... inilah surga; satu-satunya surga mungil yang kita miliki saat ini. Kita mengalami banyak hal yang saling berkontradiksi namun beriringan di sini.

Perang dan kedamaian, benar dan salah, baik dan buruk, kesuksesan dan kegagalan, kebahagiaan dan penderitaan; semua membentuk harmoni yang seimbang andaikan kita benar-benar memahami itu dengan rendah hati serta teliti.

Kita memiliki kecenderungan untuk berpikir bahwa ada banyak hal yang terjadi begitu saja. 

Sebagai pengamat yang jarang teliti, kita cenderung melihat semuanya sebagai hasil dari segala sesuatu dan bukan proses yang sulit untuk menciptakan hasil.

Saya pikir ketika kita masih muda, kita memiliki gagasan bahwa kita harus melakukan satu hal besar yang akan benar-benar mengubah dunia.

Kita bermimpi begitu besar karena kita gagal menyadari bahwa "satu hal besar" itu sebenarnya terdiri dari ratusan bahkan ribuan hal kecil setiap hari yang harus diam-diam dan tanpa basa-basi dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.

Itulah kehidupan.

Saya yakin bahwa setidaknya sebagian besar dari kita menjalani hidup sebagai suatu penantian yang panjang terhadap sesuatu yang kita yakini akan tiba di sebuah momen. Mereka bertahan di jalan yang menyakitkan dengan harapan bahwa di depan adalah cahaya.

Ironisnya, mereka nyaris tidak pernah tahu apakah mereka akan sampai di ujung jalan itu dan apa yang menjamin mereka bahwa buah penantian itu akan membahagiakan. Mereka hanya duduk menunggu dan menunggu hingga akhirnya ... mereka melewatkan hal-hal kecil.

Media-media yang kita dengar dan baca setiap hari memberitakan orang-orang dengan kesuksesan yang besar hingga mendorong kita untuk menjadi seperti mereka suatu waktu nanti.

Media sosial yang kita scroll setiap jam sama sekali tidak ada bedanya. Kita melihat teman kita telah meraih hal-hal besar yang membuat wajah kita kepanasan. Ditambah lagi tekanan dalam diri kita yang merasa orang-orang di sekitar berbisik menuntut kita untuk sukses.

Keadaan semacam itu benar-benar sulit untuk diterima, mengingat fakta bahwa kita bukanlah siapa-siapa dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

Satu-satunya yang kita tahu, setidaknya mayoritas orang, adalah hal besar itulah yang harus kita capai untuk menjadi seperti mereka.

Pikiran kita pun dipenuhi berbagai ambisi yang ingin kita wujudkan secepat mungkin. Kita tidak pernah menikmati prosesnya; apa yang kita rasakan hanyalah penantian yang terasa panjang untuk bisa sampai ke "suatu hal besar".

Pada keadaan seperti itulah, saya bertaruh seribu sembilan ratus empat puluh lima rupiah, kita melewatkan hal-hal kecil dan enggan memedulikannya. Kita tersiksa oleh penantian atas dasar harapan yang tidak pernah pasti akan terwujud.

Dalam kehidupan nyata, harga tertinggi dan terendah terjadi pada waktu yang acak dan langka, tetapi semua hal lain yang membentuk hidup kita terdiri dari hal-hal kecil yang acapkali kita abaikan setiap hari, sampai kita tersadar bahwa hari-hari telah berlalu.

Waktu berharga kita telah berlalu begitu cepat hingga kita tidak mengalami keajaiban apa pun sepanjang umur kita.

Kita selalu dapat menunjukkan dengan tepat hingga ke detail terkecil terkait hal-hal besar yang telah terjadi pada kita. 

Hal-hal besar selalu tampak begitu penting dan mengagumkan sehingga kita selalu mengingat bagian terkecilnya untuk diagung-agungkan kepada sesama.

Tapi hidup kita bukan tentang hal-hal besar. Hidup terdiri dari satu miliar hal kecil yang mungkin lebih dari separuhnya kita abaikan. Sebagian besar dari kita menjalani hidup dengan menunggu terobosan besar itu; tipe yang membuat kita berlimpah uang dan pujian.

Kita begitu bersemangat mengejar hal-hal besar hingga kita melupakan hal-hal kecil yang seharusnya mengarah pada hal-hal besar. Maka kita pun cenderung mengabaikan hal-hal kecil dalam hidup kita.

Hal-hal kecil adalah segala sesuatu yang tampaknya begitu sepele dan kita berpikir tidak apa-apa untuk melewatkannya karena suatu waktu akan terjadi kembali atau pihak yang bersangkutan akan memakluminya andai kata kita mengabaikan itu.

Tersenyum pada seseorang yang tidak dikenal, bangun dan menyadari bahwa langit cerah nan indah, mengucapkan terima kasih pada seseorang setiap malam, menikmati rintikan hujan alih-alih memakinya, menyaksikan anak-anak bermain dan tertawa.

Saya selalu tahu bagaimana caranya (sedikit) berterima kasih pada kehidupan: menatap bintang-bintang bersama kedinginan malam, menyambut fajar dengan segelas teh hangat, tertawa sendiri pada ingatan konyol, berpusing-pusing dengan buku filsafat.

Ada begitu banyak hal kecil yang sering kita abaikan setiap harinya. Kita tidak menghargai itu karena pada dasarnya, kita ingin tepuk tangan meriah dan banjir perhatian dari semua orang atas prestasi besar kita.

Entah karena ego atau apa, kita ingin planet ini mengitari kita dengan setia.

Sebagian besar hidup kita terbuang sia-sia untuk pikiran yang tidak membawa apa-apa. Kita semua memikirkan sesuatu dengan penuh perhatian. Tetapi pada akhirnya, kita hanya menutupi hari dengan banyak berpikir dan tidak melakukan apa-apa sedikit pun.

Tentu berpikir itu amatlah penting. Tetapi pada momen yang menenangkan, momen di mana hal-hal kecil ada di hadapan kita, lebih baik untuk menyimpan semua kecamuk pikiran itu sementara dan menikmati apa yang hidup persembahkan pada kita.

Gerakan kecil yang halus di sana-sini terkadang memiliki kedalaman yang lebih dalam daripada keagungan yang kita harapkan dengan ambisius. 

Jika sudah seperti itu, kita harus membiarkan hal-hal kecil yang biasanya membosankan kita, tiba-tiba menggetarkan kita.

Hal-hal kecil juga merupakan anak tangga yang membantu kita menuju "puncak kehidupan", jika istilah itu benar-benar ada. Ketika kita tidak menikmati setiap langkah yang kita jalani, kita akan menderita sepanjang jalan dan mungkin mati saat tiba di puncak.

Apa itu "puncak kehidupan"? Sesuatu yang menjadi panggilan hidup kita tentang mengapa kita ada di sini. Apa panggilan itu? 

Entah, jawaban tersebut hanya ada dalam lubuk hati terdalam setiap orang dan tidak mudah mendengarkannya.

Ketika saya menikmati setiap anak tangga di mana kaki saya berpijak, saya hampir tidak menyadari bahwa langkah kecil saya sedang mengarah ke sesuatu yang lebih besar dan sekonyong-konyong saya sampai di tujuan.

Menghargai hal-hal kecil berarti Anda memusatkan perhatian pada apa yang memelihara dan menopang Anda dalam hidup; pada segala sesuatu yang memberi Anda kesenangan sekecil apa pun.

Implikasinya, dengan merayakan setiap hal kecil dalam hidup, Anda tidak akan menghentikan hal-hal buruk untuk terjadi. Tetapi Anda akan belajar tentang bagaimana untuk berhenti menekankan arti bahwa peristiwa buruk sedang terjadi.

Seperti yang telah saya ungkapkan sebelumnya, berbagai hal yang selama ini banyak dianggap buruk, pada kenyataannya, adalah penyeimbang dari hal-hal baik itu sendiri yang jika salah satunya tiba-tiba musnah, maka kehidupan akan kacau.

Akibatnya, Anda akan menemukan sumber keseimbangan mental yang mungkin selama ini tidak pernah Anda pikirkan.

Hal-hal kecil yang tidak berarti apa-apa bagi Anda sekarang, besar kemungkinan, akan berarti segalanya di kemudian hari. 

Momen seperti menghadiri pesta ulang tahun ibu Anda atau menghabiskan waktu bersama sahabat akan membuat banyak perbedaan di kemudian hari.

Jika Anda enggan menghargai hal-hal kecil yang pada dasarnya selalu ada di sekitar Anda, saya khawatir Anda belum siap menerima hal-hal besar yang selama ini Anda harapkan. Hidup hanyalah banyak petualangan yang terjadi dalam keseharian kita.

Seperti kata pepatah Belgia, "Dia yang tidak menginginkan hal-hal kecil tidak pantas mendapatkan hal-hal besar." (Meskipun saya tidak yakin tentang bagian "Belgia").

Terkadang kita harus melihat hidup ini dari kejauhan untuk menghargai hal-hal kecil yang ada di hadapan kita. Ada hal-hal sederhana yang cenderung kita abaikan, tetapi semua itulah yang lebih penting.

Apa yang kemudian saya sadari adalah, hanya hal-hal kecil itulah yang saya miliki sepanjang waktu. Ketika saya mengalami kemenangan besar di suatu momen, saya selalu tahu bahwa itu bukan milik saya, hanya saja sedang berpihak pada saya.

Ia akan pergi tepat pada waktu yang mungkin saja tidak pernah saya duga. Dan ketika semuanya hangus dimakan waktu ... oh, saya masih memiliki hal-hal kecil untuk dinikmati sepanjang saya mau.

Sebab hal-hal kecil adalah yang penting, sedangkan hal-hal besar akan datang dan pergi.

Ini mengingatkan saya pada kisah seorang pemuda yang konon mengorbankan segalanya untuk menjadi seorang raja. Dia bertempur sepanjang waktu dan tidak ada detik tanpa ambisi. Suatu ketika dia kelelahan dan didatangi gurunya yang bijaksana.

"Engkau mencari kilauan hidup di antara awan-awan dengan susah payah," tutur gurunya. "Tidakkah kau ingat bahwa harta karun selalu terpendam di bawah tanah? Di antara kerikil-kerikil menjijikkan itulah kehidupan yang berharga terletak.

"Dalam beragam hal tak terpikirkan itulah kehidupan yang memuaskan terletak."

Dan oh, kisah itu tidak pernah ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun