Kesalahpahaman lain dari nasihat "lupakan dan maju terus" adalah penuntutannya agar kita tidak menyesal.
Menurut saya, justru kita harus menyesali kesalahan dan kegagalan kita! Penyesalan merupakan bentuk dari sikap kita untuk mengakui kesalahan dengan penuh kerendahan hati, pun sebuah pengakuan terhormat bahwa kita tidak ingin mengulanginya.
Penyesalan adalah alarm yang hendak memberitahu kita tentang adanya suatu kesalahan yang belum kita pelajari. Penyesalan adalah pertanda bahwa kita belum memetik pembelajaran apa pun dari kegagalan kita di masa lalu.
Tanpa penyesalan, kita tidak akan pernah belajar. Tanpa penyesalan, kita tidak ingat bahwa kita pernah berbuat keliru dan kemungkinannya akan mengulangi kesalahan yang sama.
Mungkin ada saat-saat ketika Anda berharap dapat memutar waktu kembali dan menghilangkan semua kesedihan, tetapi Anda juga mesti ingat bahwa jika Anda melakukannya, maka kegembiraan itu juga akan hilang.
Penyesalan akan menggoreskan suatu kenangan pada memori kita, dan kenangan itulah yang membantu kita untuk menyimpan dan mengingat informasi tentang apa yang telah kita lalui. Kenangan adalah buku diari kita yang tidak terlihat oleh mata, tapi amat tajam bagi pikiran.
Kenangan harus cukup kuat untuk memungkinkan kita bertindak tanpa melupakan apa yang telah kita pelajari dari masa lalu, untuk mengingat apa yang ingin kita lakukan, dan untuk menegaskan strategi kita dalam menghadapi dongeng kehidupan.
Tetapi kenangan juga harus cukup lemah sehingga mengizinkan kita untuk terus menuju ke masa depan tanpa terhalangi oleh sebuah trauma.
Ya, betapa bencinya kita terhadap kenangan pahit. Masalah penyesalan yang sedang saya bicarakan, pada beberapa kasus, malah melahirkan sebuah kenangan pahit bahwa suatu waktu kita pernah gagal dan betapa payahnya kita.
Tetapi itulah keunikan hidup: kenangan pahit adalah sinyal bahwa kita punya kesempatan untuk meraih kegembiraan yang amat manis di masa mendatang. Saya tidak berbicara soal roda kehidupan, tapi memang itulah yang membuat kebahagiaan bisa dihargai.
Hanya dengan penderitaan, dunia menghargai kebahagiaan. Tanpa penderitaan, kita tidak akan pernah menghargai kegembiraan.