Amabile mengingatkan, "Penekanan pada penghargaan dan penilaian yang sembrono akan mengekang kreativitas."
Walaupun teori tersebut bisa dinilai masuk akal, jujur saja, di lain pihak juga cukup mencengangkan. Pada kenyataannya, teori tersebut tidak selalu cocok dengan dunia nyata.
Jika kita hanya termotivasi oleh kesenangan dari suatu kegiatan, mengapa para atlet tampil lebih baik di tengah panasnya kompetisi daripada saat sesi latihan? Mengapa daya tarik Hadiah Nobel berhasil memotivasi banyak ilmuwan?
Pada tahun 1962, James Watson dan Francis Crick memenangkan hadiah prestisius itu atas keberhasilannya sebagai ilmuwan-ilmuwan pertama yang menggambarkan struktur DNA.
Ketika ditanya apa yang membuat mereka bekerja begitu gigih, mereka punya jawaban yang amat sederhana, "Sejak awal, kami memang ingin memenangkan penghargaan ini."
Pada beberapa abad Sebelum Masehi, bangsa Yunani Kuno mengalami perkembangan pesat dalam berbagai aspek, terutama pengetahuan. Para pionir filsafat banyak bermukim di sini seperti Thales, Anaxagoras, Pythagoras, Socrates, Plato, Aristoteles, Zeno ...
Dan ingat-ingat lagi, bangsa Yunani telah memberi kita demokrasi, sains, filsafat, koin perak dan perunggu, pajak, tulisan, sekolah, kapal layar besar, pinjaman komersial, investasi berbagi risiko, kontrak tertulis, hingga ke sistem tuan tanah absente.
Menilik dari segi geografi, Yunani Kuno, khususnya kota Athena, sama sekali tidak termasuk golongan surga dunia. Lantas apa yang membuat peradaban mereka berkembang pesat (walau tidak lama)?
Hasrat berkompetisi dengan peradaban bangsa Mesir Kuno telah memacu mereka.
Bahkan, saya cukup yakin bahwa (salah satu) faktor yang membuat Anda terdorong kreatif dan tekun menulis di Kompasiana adalah ... rayuan yang amat menggoda dari K-Rewards. Ah, akui saja!
Apakah ini berarti hasil penelitian Amabile tidak bisa dipercaya?