Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Email untuk Aileen: Siklus Abadi Kehidupan

8 Juli 2021   17:19 Diperbarui: 8 Juli 2021   17:24 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam masa yang pelik ini, aku belajar tentang siklus abadi kehidupan | Ilustrasi oleh Pitsch via Pixabay

Lambat laun, para pejuang gugur, yang diperjuangkan turut tersungkur. Jeritan melengking yang acapkali tidak terdengar itu mulai memengapkan ruangan-ruangan berdinding putih, meresahkan siapa pun yang kebetulan berada di sana, dan menggilas harapan-harapan yang membara di setiap jiwa.

Sampai sejauh ini, apa yang telah kita pelajari?

Kini hampir semua orang menanggung kerinduan yang menyesakkan atas peperangan tak karuan ini. Aku memerhatikan tangisan mereka yang teramat sendu hingga beberapa kali membuatku gemetar khawatir. Bukan kematian itu yang membuatku takut, tapi pada perpisahan itulah aku gemetar.

Bagi mereka yang ditinggal mati, kerinduan sudah jelas tidak terobati. Tetapi bagi mereka yang terpisah jarak, kerinduan masih punya peluang besar untuk kandas oleh pertemuan. Hanya saja, pertemuan secara langsung tidak memungkinkan. Dan kita tahu itu.

Barangkali satu-satunya hal yang sekarang menjadi rahasia umum adalah, kita semua merindu.

Merindu pada ombak laut yang hangat dan menenangkan, pada taman bunga beraneka warna yang diselimuti tawa riang anak-anak, pada kesejukan angin pegunungan di kala senja berakhir, pada senyum dia yang dicinta, pada bising perkotaan di hari kerja ...

Aku bukanlah orang istimewa yang hidup di tengah-tengah badai nestapa. Aku juga bagian dari badai itu, yang berarti aku juga turut merasakan kerinduan yang mendalam. Hatiku hanya punya satu gumpalan rasa dan satu tumpuk keinginan. Satu kebutuhan.

Terlepas dari itu semua, pikiranku hanya mampu mengucap satu nama; nama dari seseorang yang tersisa di hidupku. Dan itu berarti, aku memikirkanmu, Aileen. Jika dunia punya satu harta karun yang khusus dipersembahkan untukku, maka yang dimaksudkan dunia adalah engkau, Pria Bajaku!

Bagaimana kalau engkau selesaikan tanggung jawabmu di rumah sakit, dan selepas kemalangan ini berakhir, kita bertemu di taman mungil yang biasa kita kunjungi sewaktu kecil. Jujur, aku tidak bisa bersabar untuk itu. Jika kau punya waktu sejenak, aku ingin engkau memikirkanku juga, Aileen.

Kau tahu, aku menemukan banyak resep baru untuk masakan-masakanku. Saat nanti kita bertemu, aku berjanji akan membawa makanan favoritmu ditambah sebuah hidangan kejutan. 

Bila matahari sedang cerah-cerahnya, aku juga akan membuatkanmu cappucino dingin yang biasa kita nikmati di bawah langit biru jernih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun