Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencari-cari Kesalahan Orang Lain Bukanlah Bagian dari Jiwa Kritis

3 Juli 2021   18:10 Diperbarui: 3 Juli 2021   18:31 1664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencari-cari kesalahan dari makhluk yang tidak sempurna itu benar-benar aneh | Ilustrasi oleh Free-Photos via Pixabay

Rasa kenyamanan (rapuh) yang lahir dari mengkambinghitamkan orang lain tidak berarti apa-apa selain rayuan busuk yang sering kita terima dengan tangan terbuka. Tidak semua orang mau mengambil tanggung jawabnya, bahkan sekadar meminta maaf.

Entah karena gengsi atau apa, yang ingin mereka lakukan adalah mencari-cari kesalahan pihak oposisi agar dirinya sendiri terhindar dari tanggung jawab. Lagi pula, manusia suka kebebasan, bukan?

Dan implikasi terpenting dari sebuah kebebasan adalah tanggung jawab. Jadi jangan mengaku cinta kebebasan kalau Anda sendiri tidak mencintai tanggung jawab.

Hasrat untuk menjadi subjek

Dalam Ilmu Politik, umum diketahui bahwa manusia punya hasrat untuk berkuasa. Karena itulah Ilmu Politik juga banyak dikira sebagai ilmu untuk memperebutkan kursi kekuasaan. Terlepas dari sempitnya pemahaman itu, saya bisa menganggukkan kepala terhadap dalih tersebut.

Dorongan ego membuat kita tidak ingin dijadikan objek oleh pihak lain. Kita punya naluri untuk bisa mengendalikan apa pun, termasuk orang lain.

Dan cara mudah untuk mengendalikan mereka adalah dengan mencari-cari kesalahan mereka, sehingga mereka dipaksa tunduk pada kekuasaan kita. Dengan siapa pun kita berurusan, hasrat untuk menjadi subjek selalu ada.

Jadi satu-satunya cara agar terbebas dari hasrat itu adalah dengan menyeimbangkannya. Sepenuhnya menjadi objek akan membuat kita sangat tersiksa, tetapi sepenuhnya menjadi subjek juga membuat kita sangat serakah.

Keseimbangan di antara keduanya amatlah penting untuk bisa menjadi pribadi yang terbuka dan menerima, tetapi tidak juga dikendalikan oleh hal-hal di luar diri sendiri.

Mengapa ini buruk?

Sebuah studi yang dilakukan selama puluhan tahun oleh sekelompok peneliti Harvard mengungkapkan sebuah rahasia besar di balik kebahagiaan yang berkualitas. 

Adalah kesehatan hubungan kita dengan orang lain yang menjadi faktor terpenting dalam mempertahankan kebahagiaan.

Cinta benar-benar berpengaruh dalam hal menjalani kehidupan yang bermakna. Anda dapat memiliki karier yang sukses, uang berlimpah, ketenaran memuncak, paras rupawan, dan kesehatan yang baik, tetapi tanpa cinta yang mendukung, semua itu tidak berarti sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun