Seorang teman secara terbuka berujar pada saya bahwa dia gemar mengkritik orang lain karena punya pemikiran kritis. Tetapi apa yang saya pikirkan sungguh berbeda: dia hanya gemar mencari-cari kesalahan orang lain, dan itu sama sekali bukan bagian dari pemikiran kritis.
Dia suka menunjukkan apa yang salah dengan orang atau betapa bodohnya orang. Katanya, orang-orang suka mengganggu dia dengan mudah sehingga dia tidak bisa menahan diri untuk tidak membagikan penilaiannya terhadap mereka.
Saat itu juga saya katakan padanya bahwa semua itu, menghancurkan hidupnya sendiri.
Menyalahkan (atau seni membuat orang lain bertanggung jawab atas semua hal sulit yang terjadi pada kita) adalah sesuatu yang tampaknya didukung oleh masyarakat modern kita sebagai hal yang dapat diterima.
Acara TV, entah itu sinetron atau siaran berita, memaksa kita untuk menyaksikan adegan-adegan dari satu karakter yang menyalahkan pihak lain.
Dan surat kabar, entah itu konvensional maupun digital, dibanjiri dengan cerita tentang bagaimana (semua) masalah masyarakat harus disalahkan pada para politisi atau "teroris"; dan tidak ada yang bisa kita lakukan.
Kebiasaan mencari-cari kesalahan orang lain adalah kebiasaan mereka yang tidak bahagia dalam kelompok. Saya bisa berjanji atas itu. Sering kali, mereka punya kualitas mengagumkan yang membuat orang lain enggan menantang penilaiannya.
Mereka mungkin berada dalam posisi otoritas atau memiliki banyak pengalaman untuk mendukung keyakinannya. Tidak masalah. Mereka, pada dasarnya, menembak diri mereka sendiri dengan kebiasaan ini. Mereka punya resep utama untuk menuju kesengsaraan.
Mencari-cari pipa yang bocor
Apa yang saya katakan kepada teman saya adalah: kamu mencari-cari pipa yang bocor ketika air di rumahmu mengalir lancar. Dia jelas kebingungan, tetapi saya tidak tertarik untuk menjelaskannya saat itu.
Bayangkan bahwa Anda terbangun pada pagi yang cerah, kemudian Anda membuka jendela kamar dan berkata, "Tidak biasanya seperti ini. Pasti akan ada badai!" Atau ketika seorang teman datang dengan ramah dan santun, Anda berucap, "Nah, pasti ada maunya!"
Begitulah gambaran sikap "mencari-cari pipa yang bocor" di saat air mengalir lancar. Istilah ini (setidaknya) cukup untuk menjelaskan kecenderungan mereka yang suka mencari-cari kesalahan orang lain, dan menganggap hidup ini seperti sedang berperang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!