Tetapi merujuk pada pengembangan diri, saya mengalami "kelahiran kembali" dengan membangkitkan potensi-potensi yang waktu itu sempat tertutupi oleh depresi yang luar biasa.
Saya berhasil membangun seluruh fondasi dari permulaan untuk menyandarkan tangga kemenangan pada dinding yang kokoh. Gairah saya bermain sepak bola mulai dibangkitkan kembali untuk mengisi waktu kosong yang biasanya dipenuhi ratapan kesedihan yang malang.
Kebiasaan membaca buku juga turut disulut kembali. Tawa riang yang pernah lama redam telah mengalir kembali dengan deras. Saya mendengarkan setiap orang, berusaha untuk mengerti mereka, dan lalu mereka balik mengerti saya.
Secara jasmani, saya adalah orang yang sama. Namun jika ditilik dari dalam, saya adalah seseorang yang baru! Semangat belajar kembali memuncak, mengalahkan segala bentuk keluhan yang sering kali muncul ke permukaan.
Saya punya semangat dan gairah baru yang biasanya begitu membosankan layaknya seekor ular yang berganti kulit. Dengan pengembangan diri yang lebih intens ini, saya benar-benar mengerti tentang arti bangkit dari keterpurukan.
Ketika saya bertanya apakah saya memiliki kekuatan untuk melewati apa yang saya alami. Jawabannya: iya, saya mengendalikan itu.
Meskipun butuh banyak tenaga untuk bangkit kembali dan terus berjalan, bagaimanapun juga, diri kita punya daya yang lebih besar untuk melakukannya. Barangkali kita dapat menentukan beberapa area yang punya dampak paling signifikan, dan di situlah kita mesti berjuang.
Jika Anda punya pengalaman serupa, Anda dapat meningkatkan efektivitas proses Anda untuk membuatnya sesederhana mungkin, dan ketika Anda menerapkannya secara konsisten, ruang kepala Anda akan berubah secara dramatis.
Membuang seluruh air keruh dalam bak kamar mandi tidaklah mudah. Tetapi akan menjadi lebih sederhana jika Anda membuangnya sedikit demi sedikit dan teratur.
Pada poin ini, saya sarankan Anda untuk membangkitkan kembali gairah yang dulu pernah menyenangkan Anda setiap waktunya. Dan jika tidak ada, selalu ada kesempatan untuk menciptakan kesenangan yang baru tanpa perlu meminta persetujuan orang lain.
Ingat kembali bahwa Renaissance terjadi karena perjuangan para seniman dan kaum intelektual yang berusaha untuk "memberontak" kekuasaan Gereja.