Dalam kucuran keringat hangatmu itu, misi kemanusiaan mesti senantiasa dibawa dalam kantong sakumu. Aku tidak tahu lagi apa yang lebih pantas dari itu. Belakangan ini, manusia lebih suka menguap omong kosong daripada perbincangan kemanusiaan.
Tentu engkau harus menjauh dari tragedi itu! Aku ingin kau berada di pihakku sekarang!
Engkau juga berkata padaku, "Hidupku teramat sederhana. Karenanya aku tidak memiliki apa pun. Aku hanya hidup; hanya hidup."
Kembali kurenungkan kalimatmu yang demikian singkat itu. Setelah lama aku berpikir, keyakinanku berucap bahwa kemenangan yang kau klaim secara mutlak itu hanyalah bagian dari kesembronoanmu dalam mengambil kesimpulan.
Hidup saja tidaklah cukup; begitulah yakinku.
Sesuatu yang hidup dicirikan dengan bernapas, bergerak, tumbuh, berkembang biak, peka terhadap rangsangan, beradaptasi, makan, dan mengeluarkan zat sisa. Tapi tumbuhan dan hewan juga melakukan itu semua, bukan?
Aku tidak suka seorang kawanku menyandingkan dirinya sejajar dengan kerbau atau burung beo!
Sekadar hidup saja di dunia yang murung ini sama seperti menyembunyikan kartu AS di balik mantel hangatmu! Engkau tidak bisa menyangkal potensimu sendiri sebagai manusia yang pada hakikatnya melebihi daya nabati ataupun hewani.
Katanya, manusia adalah hewan berpikir. Tapi lebih dari itu, aku juga yakin bahwa manusia diberi hak istimewa untuk menyadari kehidupannya sendiri melampaui kemampuan bernalar.Â
Kita bisa mempertanyakan eksistensi kita sendiri, Kawan! Bayangkan betapa hebatnya itu!
Maka sekadar hidup saja tidaklah cukup untuk bisa menaklukkan dunia seperti yang kau inginkan. Meskipun aku sendiri ragu bagaimana cara menaklukkan dunia, tapi sekurang-kurangnya jangan menjadi beban dari dunia yang pada dirinya sendiri sudah melekat banyak beban.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!