Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Coretan Cinta

15 Juni 2021   16:35 Diperbarui: 15 Juni 2021   16:46 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini tinggal bagaimana kita dapat mencintai dengan baik agar wujud kecintaan kita tidak menghasilkan kebencian di pihak lain. Bukankah itu yang tidak dipahami banyak orang?

Aku pikir ada perbedaan yang kontras antara "nafsu" dan "cinta". Ketika kamu melihat seorang pria turun dari mobil Mercedes putihnya, perasaan otomatis yang kamu rasakan bukanlah cinta, melainkan hanya sekadar rasa kagum. 

Jika kamu langsung menurutinya, kamu menganggukkan kepala pada nafsu. Hewan-hewan melakukan itu. Kita bisa melihat bagaimana (hampir) semua hewan jantan akan berkompetisi di hadapan sang betina untuk membuktikan siapa yang layak mendapatkan cinta sang betina.

Tapi cinta manusia dibangun dari dasar, suatu proses yang memakan waktu. Dan jika telah terbentuk, cinta sejati tidaklah bersyarat. Cinta sejati itu apa adanya dan tanpa syarat, Aneska! Itulah yang kuyakini.

Kini aku lebih menikmati pengetahuanku soal cinta. Dan karenanya aku tidak ingin bermain-main dengan itu. Cinta terlalu berharga untuk diberikan kepada sembarang orang. Mencintai dengan salah itu membuang banyak tenaga dan hanya menghasilkan ketidakpuasan yang malang. 

Tahukah kamu apa yang menarik perkara cinta? Mungkin benar kata orang-orang: cinta itu membutakan. Cinta menjadikan sesuatu tampak menawan, tapi yang tampak menawan tak selalu menyebabkan jatuh cinta.

Adalah hakmu sendiri jika menginginkan seseorang yang berparas tampan atau kaya raya. Dan barangkali tidak masalah juga, karena kamu tetap akan menanggung sendiri apa akibatnya. 

Tapi pilihan itu pasti selalu ada. Kamu bisa memilih cinta yang tanpa syarat, atau cinta yang bersyarat. Kukira begitu jelas mana yang lebih baik.

Aku setuju, kita menilai segala sesuatu dari tampak luarnya secara naluri. Maksudku, itu terjadi otomatis. Tapi kesan pertama dari penilaian mata bukanlah sesuatu yang disebut cinta, pikirku. Itu hanyalah rasa kagum. 

Jika kamu berhenti di penilaian mata dan memutuskan untuk mencintainya, aku rasa kamu terjebak dengan nafsu. Tapi lain persoalan jika penilaian mata turun ke hati. Dengan itu tercipta hubungan emosional yang manis antara dua subjek, dan begitulah fondasi cinta sejati mulai terbangun.

Aku tidak tahu pasti dari mana datangnya kata-kata itu. Apakah suatu kekuatan mistis telah berperan sedemikian jauh hingga mengendalikan apa yang aku ucapkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun