Mark Manson menjelaskan persoalan ini dengan lebih baik dalam bukunya. Jadi, silakan baca; atau sudah?
Pada intinya, ketika Anda merasa masalah Anda begitu sulit, ingat baik-baik bahwa itu hanyalah bagian dari kehidupan. Menyangkal masalah sama dengan menghindari kehidupan. Maka, satu-satunya jalan sederhana adalah pecahkan masalah, dan berbahagialah.
Tetaplah bersantai karena tenaga Anda begitu berharga untuk menghadapi masalah-masalah lain. Jika terjebak dalam satu masalah, Anda terjebak dalam kehidupan. Jadi ya ... tetap bersantai. Hidup memang berjalan demikian.
2. Kebahagiaan adalah kupu-kupu
Apa yang terjadi ketika Anda mengejar kupu-kupu? Ia semakin menjauh dari Anda. Begitu pula kebahagiaan: semakin Anda mengejar, semakin Anda menjauh darinya.
Mengejar kebahagiaan bukan saja menghancurkan diri sendiri, tapi juga tidak mungkin. Itu seperti mencoba menangkap wortel yang tergantung di seutas tali, yang terikat pada sebatang tongkat, dan menempel di punggung Anda.
Semakin Anda mengejar, semakin Anda dipaksa untuk terus maju. Ketika Anda memutuskan bahwa wortel tersebut adalah tujuan akhir, Anda niscaya mengubah diri Anda menjadi sarana untuk mengejarnya.
Ada alasan kuat mengapa mengejar kebahagiaan itu tidaklah sehat. Ketika Anda berusaha sekeras mungkin untuk itu, apa yang Anda dapatkan hanyalah ketidakpuasan. Jika A membuat Anda bahagia, tidak berselang lama, Anda menginginkan B, dan seterusnya.
Mengejar kebahagiaan merupakan nilai beracun yang telah sekian lama menandai kebudayaan kita. Itu menghancurkan diri dan menyesatkan.
Hidup dengan baik bukan berarti menolak penderitaan, yang sesungguhnya adalah menderita untuk alasan yang benar. Karena jika memang hidup ini pada hakikatnya memaksa kita untuk menderita, sepatutnya kita belajar untuk menderita secara tepat.
Kebenarannya bukanlah mengejar kebahagiaan, melainkan menjadi bahagia. Saya menuliskannya lebih lengkap di sini.
3. Kekayaan tidak menjamin kebahagiaan
Ketika para peneliti berkali-kali mencoba untuk mencari tahu tentang apa yang membuat orang bahagia, mereka selalu sampai pada kesimpulan yang sama: hubungan pribadi membuat perbedaan terbesar.