Berusahalah untuk mengerti terlebih dahulu sebelum Anda menghentikan keburukan itu.
Mencari kepastian
Pada tingkat yang lebih dalam, kebutuhan psikologis dasar yang mendasari kebiasaan bergosip adalah kebutuhan untuk menghilangkan ketidakpastian.
Kita tidak merasa baik ketika kita merasa tidak memiliki cukup informasi. Jadi kita mencoba mengembalikan keseimbangan, salah satunya dengan cara bergosip.
Ini juga bisa menjadi terbalik: kita berusaha menghilangkan ketidakpastian orang lain.
Hal tersebut menjadi menyenangkan karena sangat mungkin untuk membangkitkan keingintahuan orang lain. Ketika Anda memiliki informasi untuk diungkapkan, Anda menjadi lebih mudah untuk memonopoli percakapan.
Kasus ini biasa terjadi pada pagi hari di gerobak sayur. Ketika muncul isu bahwa penghuni blok sebelah telah bercerai, para pelaku yang terlibat akan segera bertukar informasi untuk saling melengkapi kekurangan pengetahuan.
Dan, ya, kemudian terjadilah apa yang saya sebut sebagai "tragedi gerobak sayur".
Takut bersaing
Bergosip juga dapat menjadi cara instan kita untuk keluar dari persaingan dan menjadi pemenang. Untuk bisa mengalahkan pesaing, kita dapat mengatakan kepada semua orang tentang setiap keburukannya.
Kasus semacam ini banyak terjadi dalam dunia karier.
Jika Anda bekerja kantoran, mungkin ini tidak lagi asing bagi Anda. Ketika seseorang merasa takut untuk bersaing, dia mungkin tergoda untuk mengatakan keburukan pesaingnya kepada bos, berharap dia akan dipecat.
Sebagai cara untuk terikat dengan orang lain
Para antropolog percaya bahwa sepanjang sejarah manusia, bergosip telah menjadi cara kita untuk terikat dengan orang lain. Bahkan terkadang, ini menjadi alat untuk mengisolasi mereka yang bertentangan dengan kelompok kita.