Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hari Bumi 2021: Cermin untuk "Taman Firdaus" yang Rusak

22 April 2021   14:10 Diperbarui: 22 April 2021   14:22 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hari Bumi Sedunia 2021 dapat menjadi cermin bagi kita tentang seberapa rusaknya planet kita | Ilustrasi oleh Steve Wilson via Pixabay

Kemudian es dan gletser pun mencair, dan ini memperburuk situasi karena es dan gletser memantulkan sebagian besar cahaya matahari, hal yang tidak dilakukan oleh laut dan gunung.

Maka, semakin meningkatlah suhu Bumi.

Namun, mayoritas dari kita berperilaku seolah-olah Bumi sedang baik-baik saja. Entah karena lupa atau tidak tahu, tapi sebegitu lugunya hingga "kerajaan plastik" telah berdiri di mana-mana. 

Apakah kita hidup dalam sebuah kebiasaan menyangkal berbagai kenyataan yang mendasar?

Dalam 50 tahun terakhir, konsumsi manusia, populasi, perdagangan global, dan urbanisasi mengalami pertumbuhan pesat yang mengakibatkan manusia menggunakan lebih banyak sumber daya tak terbarukan ketimbang sumber daya terbarukan.

Hal tersebut diperparah dengan munculnya sebuah laporan bahwa emisi karbon dioksida diperkirakan akan naik 5% pada tahun 2021 menjadi 33 miliar ton sebagai akibat dari pembalikkan keadaan perekonomian global karena pandemi. Kenaikan tahun ini menjadi yang terbesar sejak tahun 2010.

Belum lagi gas metana yang meskipun menyumbang kurang dari seperempat emisi gas rumah kaca global, namun gas ini kira-kira 30 kali lebih kuat ketimbang karbon dioksida dalam hal menyerap panas. Pada tahun 2013, gas metana menyumbang 25% dari pemanasan global yang juga akibat dari ulah manusia.

Krisis iklim sering kali disalahpahami. Ada asumsi bahwa suhu yang lebih hangat menyebabkan tanaman tumbuh lebih besar dan lebih cepat dari biasanya. Padahal kenyataannya, krisis iklim menyebabkan tanaman menjadi kurang bergizi, menandakan jatuhnya nutrisi dan mengancam ketahanan pangan global.

Dan lebih buruknya, krisis iklim menghancurkan habitat berbagai macam spesies yang pada dasarnya merupakan bagian dari ekosistem kerajaan alam.

Laporan WWF baru baru ini menemukan bahwa populasi mamalia, ikan, burung, reptil, dan amfibi telah mengalami penurunan rata-rata sebesar 68% antara tahun 1970 dan 2016. Bahkan atmosfer di atas hutan hujan Amazon semakin mengering yang menandakan berbagai spesies sedang terancam habitatnya.

Kita sedang menikmati sisa-sisa yang alam hadiahkan kepada kita. Sekadar remah-remah dari sajian hidangan kerajaan alam. Topeng macam apakah yang dapat membuat kita menutup mata dari tragedi akbar ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun