Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Mengapa Terjadi Terorisme?

28 Maret 2021   18:08 Diperbarui: 29 Maret 2021   18:23 1614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di saat masyarakat merindukan ketenangan dan kedamaian di masa pandemi, justru masyarakat malah dikejutkan dengan terjadinya peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar.

Fakta bahwa ada orang yang bersedia mengorbankan nyawanya untuk memusnahkan nyawa orang lain atas nama pandangan dunia tertentu tampak begitu menakutkan.

Karenanya, alih-alih termakan oleh informasi dari sana-sini yang tak pasti, saya mendapatkan pertanyaan yang cukup mengiris hati: mengapa terjadi terorisme?

Mengapa seseorang rela kehilangan nyawanya dengan sengaja? Memangnya sebesar apa motivasi yang mendorongnya? Di saat kebanyakan orang takut untuk mati, mengapa orang-orang ini justru dengan sengaja menjemput kematiannya sendiri?

Definisi dari terorisme itu sendiri belum ada yang menyatakannya secara baku. Jika merujuk kepada definisi dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018, tindakan terorisme itu didorong oleh motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

Bagi saya, itu cukup ambigu karena masih menimbulkan pertanyaan lain. Apakah di luar ketiga motif itu juga disebut terorisme? Barangkali Anda lebih mengerti.

Pendek kata, terorisme adalah suatu tindakan yang menyebarkan ketakutan dengan menggunakan medium kekerasan. Setidaknya definisi itu sudah cukup untuk merujuk pada konteks yang sekarang sedang ramai.

Menentukan apa yang mendorong seseorang untuk melakukan terorisme bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, pencerahan atas hal itulah yang akan mengkatalisasi solusi dari terorisme itu sendiri.

Sebagai catatan pertama, mereka para teroris tidak mungkin menjadi sukarelawan sebagai subjek percobaan. Menghilangkan nyawa sendiri hanya untuk membuktikan benar atau salahnya sebuah kesimpulan sangatlah irasional.

Terorisme bisa dikatakan sebagai "perang yang lemah". Dalam kebanyakan kasus, terorisme merupakan cara yang digunakan oleh kelompok-kelompok yang kekurangan kekuatan material atau politik untuk melawan apa yang mereka lihat sebagai kekuatan yang menindas.

Jika dianalisis lebih dalam, penanganan yang semena-mena terhadap tindakan terorisme justru dapat menjadi bumerang yang mengerikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun