Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Mengapa Terjadi Terorisme?

28 Maret 2021   18:08 Diperbarui: 29 Maret 2021   18:23 1614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transendensi juga membutuhkan empati, yakni kemampuan merasakan dan melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Inilah yang menciptakan kesadaran kosmopolitanisme, kesadaran bahwa kita ini adalah warga dunia yang bersatu, bukan sekadar warga dari suatu negara.

Pada akhirnya, pembaca, sangatlah penting untuk mempertanyakan segalanya, sekalipun itu keyakinan Anda yang dianggap sebagai kebenaran mutlak.

Ketika saya mendapatkan sebuah pengetahuan baru atau memeriksa keyakinan saya sendiri, sering muncul pertanyaan otomatis, "Lho, jangan-jangan ..."

Meskipun itu mendorong saya untuk menjadi orang yang "curigaan", tapi begitulah saya menjadi tidak fanatik dengan kebenaran. Kesalahan adalah langkah awal menuju perkembangan.

Inilah pentingnya pendidikan berpikir kritis sejak dini. Jika generasi muda kita terus diajarkan untuk menghafal, bagaimana kita berharap mereka bisa menjadi generasi yang kritis?

Saya hampir menangis saat melakukan (sedikit) riset tentang tulisan ini. Ada banyak kasus terorisme yang terjadi dengan melibatkan anak-anak karena terpengaruh oleh orang tuanya.

Sangat menyayat hati! Ternyata pada titik tertentu, sangatlah sulit untuk membedakan manusia dengan hewan. Apakah kita adalah hewan-hewan yang berpikir?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun