Di dalam agama, banyak orang berhati mulia, namun lemah dalam berpikir. Mereka mudah menjadi korban cuci otak. Mereka mudah ditipu dan dimanfaatkan oleh para pemecah belah dan politisi busuk.
Mengapa agama dengan mudah menjadi sarang teroris? Singkatnya, saya menemukan dua faktor penyebab.
Pertama, guru dan pemuka agama yang gila hormat. Banyak orang yang memutuskan untuk beragama karena mereka butuh akan pedoman hidup. Dengan kata lain, mereka datang dengan kertas kosong.
Dalam kesempatan ini, beberapa guru dan pemuka agama memanfaatkannya. Mereka mengisi kertas kosong itu dengan anggapan bahwa mereka merupakan utusan Tuhan yang tak dapat salah.
Pada akhirnya, agama dijadikan sebagai wadah untuk menyebarkan benih-benih radikalisme dan terorisme. Kembali lagi, ini terjadi karena kesesatan dalam berpikir.
Kedua, menafsirkan ajaran secara dangkal. Orang-orang ini menganggap agamanya sebagai kebenaran mutlak sehingga mereka menuliskan apa pun yang mereka terima dalam kertas kosong tadi.
Ironisnya, mereka tak mau menguji kebenarannya dan hanya buta dengan paradigma yang keliru.
Contohnya, dalam beberapa kasus, bom bunuh diri dianggap sebagai bentuk jihad. Mengapa mereka percaya? Karena mereka mengisi kertas kosong tadi dengan apa yang mereka terima tanpa memeriksa kebenarannya.
Jadi, jika Anda ingin paham sebuah agama, jangan lihat bagaimana para penganutnya. Tapi pelajarilah kitab sucinya. Begitulah Dr. Zakir Naik berseru.
Tapi kembali lagi ke premis utama, dalam hal ini pun masih terjadi karena kesesatan dalam berpikir.
Kemudian ada juga yang berdalih bahwa para teroris berusaha untuk menyuarakan keyakinannya dengan bertindak ketimbang membicarakannya.