Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengatasi Overthinking dengan Prinsip Amor Fati

21 Maret 2021   16:59 Diperbarui: 21 Maret 2021   17:19 809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan sekadar berserah pada takdir, tapi juga mencintainya | Ilustrasi oleh Free-Photos via Pixabay

Kita hidup di zaman yang menarik. Secara material, kita telah mengalami perkembangan yang luar biasa pesat melebihi masa-masa sebelumnya. Namun, seiring kemajuan itu pula kita dibuat resah terhadapnya.

Kekayaan materi yang berlimpah justru akan membuat Anda semakin rentan mengalami overthinking. Karena dengannya, Anda dibuat khawatir dengan berbagai kemungkinan yang tak terbatas: kehilangan uang, perampokan harta benda, kekuasaan dikudeta, penurunan keelokan paras; Anda merasa takut kehilangan segalanya.

Paradoks yang sama terjadi pada kemajuan teknologi dan informasi. Semakin banyak media sosial yang Anda mainkan, semakin mungkin Anda mengalami overthinking. Semakin banyak berita yang Anda terima, semakin besar pula kemungkinan Anda mengalami overthinking.

Dalam hal vaksin saja, banyak orang yang overthinking terhadapnya karena saking banyaknya informasi yang bertebaran terkait vaksin. Pikiran mereka sulit membedakan antara fakta dan hoaks, ditambah lagi paradigma diri sendiri yang tidak ingin disalahkan.

Ketika saya percaya bahwa vaksin itu berbahaya, kemudian saya menemukan berita bahwa vaksin sepenuhnya aman, saya akan menyangkalnya. Hanya itu, sebab saya ingin merasa benar. Dan kemungkinan lainnya, saya menjadi overthinking. Ini menggelikan!

Membicarakan overthinking sekarang ini bisa dibilang adalah waktu yang tepat, sebab sekarang inilah fenomena semacam itu merajalela. Begitulah inti dari Paradoks Kemajuan.

Dan jika Anda bertanya kepada saya tentang apa penyebab maraknya pengalaman overthinking sekarang ini (apalagi di masa pandemi), jawabannya sederhana: kemajuan dalam berbagai bidang telah membuat kita dilanda ketidakpastian yang menakutkan.

Salah satu penyakit psikologis yang paling mengerikan dari manusia adalah ketakutannya akan segala bentuk ketidakpastian. Kita takut akan segala ancaman yang membayangi. Dan berbagai kemajuan yang kita alami sekarang ini pada dasarnya telah membuat kemungkinan-kemungkinan itu semakin tak terbatas.

Dalam situasi ketidakpastian besar ini, naluri kebinatangan kita muncul dan kita membayangkan segala sesuatunya menjadi buruk. Lagi pula, jika ada begitu banyak ketidakpastian sehingga Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan, sebaiknya Anda menggunakan skenario terburuk untuk melindungi diri Anda sendiri.

Inilah mengapa ketidakpastian menghasilkan overthinking. Ketika kita tidak tahu harus berkata apa kepada seseorang, kita berasumsi bahwa dia akan menertawakan kita apa pun yang kita katakan.

Ketika kita tidak tahu apa-apa tentang teman baru kita, kita cenderung membayangkan bahwa dia akan berusaha membongkar seluruh aib kita tanpa alasan yang jelas. Ketika kita merasa sakit dan tidak tahu mengapa, kita langsung berasumsi bahwa itu pasti positif virus menular atau kanker yang mematikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun