Salah satu kutipan terkenal dari Konfusius berbunyi, "Hidup itu sederhana, tetapi kita bersikeras untuk membuatnya menjadi rumit."Â
Saya berpikir sejenak saat pertama kali mendengar kutipan tersebut. Dan saya memutuskan, itu kutipan gila!
Sederhana sering diartikan sama dengan membosankan, stagnan atau tidak ada hal baru. Begitu pun paradigma saya, pada awalnya.
Jika Anda bertanya kepada saya tentang ini sebelumnya, jawaban saya mungkin adalah bahwa mereka yang mengatakan hidup ini sederhana adalah orang bodoh, karena bagaimana hidup bisa menjadi sesuatu kecuali kekacauan, sumber kecemasan, dan penderitaan.
Tapi, saya meragukan segalanya. Itu berarti saya meragukan pemikiran saya sendiri. Kesimpulan saya kini berbeda, bahwa orang yang mengatakan hal semacam tadi adalah manusia yang alami dan seperti tidak punya kehidupan. Sungguh.
Bagaimana dia bisa hidup demikian di tengah-tengah masyarakat yang penuh ambisi ini? Jika dia mampu melakukannya, dia seperti tidak punya kehidupan.
Kita adalah orang-orang yang cenderung terlalu memikirkan segalanya dan menarik gunung keluar dari sarang tikus.Â
Kita adalah orang-orang yang mengharapkan orang lain bisa memahami kebutuhan kita tanpa kita harus menyuarakannya, seolah-olah orang lain telah dikaruniai kekuatan telepati.
Kita adalah orang-orang yang saat mencoba sebuah baju, kita memikirkan apakah orang lain akan menyukainya sebelum kita memutuskannya sendiri.Â
Kita adalah orang-orang yang sebelum makan apa pun yang enak berusaha untuk menghitung semua kalori dan latihan yang harus dilakukan keesokan harinya.
Kita adalah orang-orang yang selalu membicarakan sesuatu yang tidak ada. Dan kemudian kita adalah orang-orang yang mengatakan bahwa hidup itu sulit.