Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bingung dengan Passion adalah Omong Kosong

31 Januari 2021   11:50 Diperbarui: 15 Februari 2021   16:49 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Passion ada di depan hidung Anda | Ilustrasi oleh Magnetme via Pixabay

Saya teringat dengan masa kecil di saat saya hanya akan melakukan sesuatu. Saya tidak pernah berpikir, "Apa manfaatnya melakukan itu?" Saya hanya berlari ke sekeliling taman bermain dan melakukan apa pun yang bisa dilakukan.

Terkadang bermain perosotan, kemudian naik ayunan,  atau bermain jungkat-jungkit bersama teman, lalu meninggalkannya sembari tertawa. Dan Anda tahu apa yang aneh? Tidak ada rasa marah atau dendam!

Semua itu saya lakukan tanpa ada seorang pun yang menyuruh. Jika saya ingin, saya hanya akan melakukannya. Saya hanya digerakkan oleh rasa ingin tahu dan kegembiraan.

Dan yang indah adalah, jika saya membenci perosotan, saya berhenti memainkannya. Tidak ada rasa bersalah yang terlibat. Tidak ada perdebatan atau cacian. Ini hanya tentang menyukainya atau tidak.

Dan kalau saya berlari mengejar capung, saya tidak berpikir, "Nah, apakah mengejar capung harus aku lakukan dalam waktuku sebagai seorang anak? Kalau tidak ada yang mau menemani, apakah itu berarti ada yang salah denganku? Bagaimana mengejar capung memengaruhi prospek masa depanku?"

Tidak ada omong kosong. Jika saya menyukai sesuatu, saya hanya akan melakukannya.

Berbeda dengan orang-orang dewasa. Mereka memikirkan segalanya, berusaha menjadi kritis, ingin menjadi orang yang idealis, hingga mereka tak benar-benar melakukan apa pun. Saya hanya ingin mengangkat alis.

Ironis, saya pun terkadang melakukannya. Ketika seorang teman mengajak pergi ke luar rumah, saya akan mempertimbangkan apa saja kegunaannya untuk saya, lalu khawatir uang saya disikat habis, atau waktu saya menjadi sia-sia. Kemudian saya menolak, dan melanjutkan rebahan saya di sofa yang empuk.

Barangkali itu perbedaan kita dengan anak-anak. Jika mereka menyukai sesuatu, mereka hanya akan melakukannya. Tapi kalau kita menyukai sesuatu, kita memikirkannya dan belum tentu melakukannya.

Itu juga yang membuat salah satu dari sekian banyak teman bertanya pada saya, "Bagaimana cara menemukan passion?"

"Ah," celetuk saya, "aku tidak punya petunjuk. Kalau kamu tak tahu apa yang harus dilakukan dengan diri sendiri, apa yang membuatmu berpikir bahwa orang bodoh sepertiku bisa menemukannya? Aku bukan peramal, Bung!"

"Tapi kamu suka menulis," katanya.

Spontan saya menepuk jidat. Sebenarnya, saya tak begitu suka menulis. Menulis bukan passion saya. Atau bahkan, saya tak punya passion pada apa pun!

Meskipun saya sering menulis, nyatanya saya masih membenci 40 persen dari kegiatan menulis. Terkadang, saya benci mencari ide. Sesekali ia datang dengan tiba-tiba, dan masalah terletak pada kesulitan untuk menguraikannya dalam kata-kata.

Jadi kalau orang-orang bertanya tentang apa passion saya, jawabannya hanya akan mengangkat bahu. Saya tidak tahu, dan tak ingin tahu.

Karena itulah yang terpenting; apa yang ingin saya katakan kepada orang-orang yang merana dengan passion-nya adalah: itulah intinya, "tidak tahu" adalah intinya.

Hidup adalah tentang tidak mengetahui, dan kemudian melakukan sesuatu. Hidup selalu berjalan demikian. Semua. Dan itu tidak akan menjadi lebih mudah hanya karena Anda mengetahui bahwa Anda suka menonton drama Korea atau mendengarkan musik rock setiap saat.

Keluhan umum di antara banyak orang seperti ini adalah bahwa mereka perlu menemukan passion mereka.

Saya menyebutnya omong kosong.

Anda sudah menemukan minat dan gairah Anda, Anda hanya mengabaikannya. Sungguh, Anda terjaga selama 16 jam sehari, apa yang Anda lakukan dengan waktu Anda? Anda melakukan sesuatu, jelas.

Ada beberapa aktivitas yang mendominasi sebagian besar waktu luang Anda, dan Anda tak sadar telah mengejarnya atau mencarinya.

Itu ada di depan Anda. Passion ada di depan hidung Anda. Dan Anda hanya mengabaikannya. Untuk alasan apa pun, Anda mengabaikannya.

Anda berkata pada diri sendiri, "Ya, aku suka berpetualang menjelajah alam, tapi itu bukan sesuatu yang aku sebut passion. Aku tidak bisa menghasilkan uang dengan itu dan malah menghabiskannya."

Masalahnya bukanlah kurangnya hasrat akan sesuatu. Masalahnya tentang produktivitas, persepsi, dan penerimaan.

Masalahnya adalah, "Oh, itu bukan pilihan yang realistis. Aku harus menjadi dokter. Aku tidak bisa menghasilkan uang dengan hanya berjalan-jalan."

Ini berarti, masalahnya bukan tentang gairah. Tidak ada gairah. Ini tentang prioritas.

Dan bahkan kemudian, siapa bilang kita perlu menghasilkan uang dengan melakukan apa yang kita sukai? Sejak kapan setiap orang merasa berhak untuk mencintai setiap detik pekerjaan mereka?

Hal yang patut kita sadari adalah, setiap pekerjaan terkadang menyebalkan. Tidak ada aktivitas yang menyenangkan sepenuhnya. Selalu saja ada yang membuat kita lelah, stres, dan mengeluh.

Saya menjalani aktivitas menulis (yang terjadi secara tidak sengaja. Saya tak pernah dalam beberapa tahun merencanakan hal ini akan terjadi; seperti anak kecil di taman bermain, saya hanya pergi dan mencobanya), dan saya masih membenci sekitar 40% darinya.

Sekali lagi, itulah hidup.

Masalahnya di sini, sekali lagi, ekspektasi. Orang-orang kebingungan mencari passion hanya karena sulit menemukan sesuatu yang menyenangkan, tapi juga bisa menghasilkan uang. Mereka berpikir keras tentang sebuah kegiatan yang mereka suka, dengan syarat, memiliki keuntungan besar.

Ini artinya, bukan passion yang menjadi masalah. Ini tentang prioritas.

Seseorang pernah memberitahu saya, bahwa saya harus mencari pekerjaan sesuai passion karena itu akan membuat saya tak tergiur dengan uang.

Sial, saya diberi dua pilihan: bekerja tak sesuai passion tapi gaji tinggi, atau bekerja sesuai passion tapi gaji tak mencukupi.

Tidak ada pilihan ketiga.

Saya memilih yang pertama. Karena lama-lama jengkel juga kalau bekerja sesuai passion, tapi kebutuhan tak terpenuhi. Memang pekerjaan bisa dinikmati, tapi kebutuhan sehari-hari harus diratapi.

Dan pada nyatanya, saya merasa nyaman dengan apa pun yang sudah saya sering lakukan. Jadi kalau pekerjaan tak sesuai passion, saya masih bisa nyaman dengannya.

Inilah poin pentingnya: cobalah untuk menjadi nyaman dalam segala hal, maka Anda tak harus keluar dari zona nyaman.

Saya tidak tahu apa passion saya, karena saya bisa nyaman dalam segala hal. Hidup adalah tentang tidak mengetahui, dan kemudian melakukan sesuatu. (Sial, saya mengatakannya dua kali).

Sebab jika Anda harus mencari apa yang Anda sukai, maka Anda harus mencarinya di antara berbagai hal yang Anda benci.

Jika Anda harus mencari apa yang Anda nikmati dalam hidup, maka Anda tidak akan menikmati apa pun.

Dan kebenaran sebenarnya adalah, Anda sudah menikmati sesuatu. Anda sudah menikmati banyak hal. Anda hanya memilih untuk mengabaikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun