"Aku tahu. Sangat melelahkan harus mengikuti segala gerakanmu. Sesekali melanggar 'hukum alam' tidak apa-apa, kiranya."
"Kamu sama menjengkelkannya dengan orang-orang di sekolah."
"Dan apanya yang kamu sebut tidak adil?" tanya spontan bayangannya itu.
"Sangat banyak. Mengapa harus ada tampan dan jelek? Bukankah itu sangat tidak adil?" Perlahan Ayya duduk sembari tetap menatap cermin.
"Kamu terlalu cepat mengambil kesimpulan."
"Tapi akan sangat adil jika semua orang tercipta dengan ketampanan atau kecantikan yang sama. Maka semua orang akan mudah untuk mencintai sesamanya," gerutu Ayya sambil menengok ke ranjang.
"Aku hanya ada di dalam cermin, Ayya."
"Maaf."
"Dan kamu masih terlalu cepat mengambil kesimpulan."
"Aneh! Tidak bisakah kamu menjawab dengan kalimat lain?"
"Kamu sungguh beruntung menjadi manusia, Ayya," ujar bayangannya tanpa menghiraukan pertanyaan Ayya.