Banyak orang rela berkelana ke setiap sudut dunia hanya untuk mencari kebahagiaan. Malangnya, itu hanya membuat mereka kelelahan. Mereka menjadi begitu ketergantungan. Padahal Kaum Sinis sudah lama menggemakan, bahwa kebahagiaan datang dari kesederhanaan.
Ini lucu; selucu saat kita mencari sesuatu dengan susah payah, yang padahal ada dalam kantong saku celana kita sendiri. Hidup benar-benar absurd. Dan orang-orang cukup keliru memahaminya.
Ini menjadi tanda tanya besar bagi sepanjang peradaban manusia: Bagaimana kebahagiaan sejati dapat diraih? Banyak orang berusaha mencari jawabannya dengan variasi yang beragam, bahkan sampai membelah sebagian umat ke dalam beberapa kaum/kelompok.
Pencarian kebahagiaan sejati menjadi begitu populer di kalangan banyak orang. Pada tahun 1980-an, beberapa akademisi yang pemberani mulai bertanya sendiri, "Bagaimana dengan apa yang membuat orang bahagia? Mari kita belajar akan hal itu saja!" Dan kemudian semua orang menyambutnya, karena segera muncul lusinan buku tentang "kebahagiaan" yang memenuhi rak-rak buku, memetik jutaan dolar dari orang-orang kelas menengah yang didera kebosanan, kemuraman, dan tengah menderita krisis eksistensial.
Sayangnya, orang-orang terlalu rumit mendefinisikan kebahagiaan sejati, pikir Kaum Sinis. Mereka menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak terdapat dalam kelebihan lahiriah seperti kemewahan materi, kekuasaan politik, atau bahkan kesehatan yang baik.
Kebahagiaan sejati terletak pada ketidaktergantungan pada segala sesuatu yang acak dan mengambang.
Aliran filsafat Sinis ini didirikan oleh Antisthenes yang juga seorang murid Socrates. Antisthenes sangat mengagumi kesederhanaan gurunya itu.
Pernah suatu waktu, Socrates sedang berdiri menatap sebuah kedai yang menjual berbagai macam barang. Bukannya pergi untuk membeli, dia malah bergumam, "Betapa banyak benda yang tidak kuperlukan!" Pernyataan ini pun dijadikan moto oleh Kaum Sinis dalam aliran filsafatnya.
Secara gamblangnya, kebahagiaan sejati menurut Kaum Sinis datang dari kesederhanaan. Dan karena kebahagiaan tidak terletak pada segala sesuatu yang acak dan mengambang, maka semua orang dapat meraihnya. Lebih-lebih, begitu berhasil diraih, ia tak akan pernah lepas lagi.
Orang-orang sering salah menafsirkan antara kesederhanaan dengan kemiskinan. Mereka pikir itu serupa, padahal tak sama. Sangat jauh! Pelawak kondang, Cak Lontong, pernah memberikan pandangannya, bahwa miskin itu kondisi hidup, sedangkan sederhana itu gaya hidup.
Kemiskinan bisa diubah jika seseorang memang bertekad untuknya, tetapi kesederhanaan hanya datang dari mereka yang bijak.