Apa yang menarik dari akhir tahun? Pesta kembang api! Tapi aku dan seorang sahabatku tak pernah membeli kembang api di akhir tahun. Kami hanya pergi ke alun-alun kota, kemudian duduk manis menikmati orang lain menyalakan kembang apinya. Sebuah ide yang menarik, bukan? Pastinya!
Kembang api itu untuk dinikmati; jadi kami menikmati keindahan kembang api milik orang lain tanpa harus mengeluarkan uang. Barangkali ini bisa menjadi sebuah lifehack sederhana.
Selain "mencuri" kenikmatan orang lain, kami juga sering bertukar kado. Tahun lalu, dia memberiku sekotak penghapus. Aneh!
Tapi cukup masuk akal, dia tahu bahwa aku sering meminjam penghapus di kelas. Itu juga bukan tanpa alasan! Setiap kali aku membeli penghapus, esok atau lusa, penghapus itu sudah hilang bagai ditelan bumi. Teman-temanku sangat lihai mencuri meminjam tanpa izin.
Aku memberinya sebuah jam tangan waktu itu, karena aku sangat kesal, bahwa dia adalah orang yang paling sering bertanya tentang waktu.
"Ndi, sekarang jam berapa? Laper banget nih perut!"
"Tahan, 30 menit lagi istirahat."
Tahun ini, aku sudah bersepakat dengannya untuk bertukar kado yang sama. Aku menyebutnya dengan "Surat Aib".
"Surat aib" ini, persis seperti namanya, yaitu sebuah surat yang berisi "aib-aib" kami.Â
Pertama, aku akan memberinya surat yang berisi keluh kesahku tentang dia dan beberapa kekurangannya selama setahun ini. Aku tidak akan membagikan tulisan ini padanya; jadi aku ingin sedikit memberi bocoran. Tolong, ini rahasia!
Teruntuk kamu yang kalau mandi bawa handuknya belakangan.
Aku terkesan dengan kesetiaanmu menjadi sahabatku. Aku tidak pernah melihatmu bersenang-senang dengan orang lain tanpaku. Atau barangkali kamu pandai bersembunyi? Silakan saja!
Tapi tolong, kalau mau curhat tentang gebetanmu, jangan di waktu tengah malam! Kamu tak tahu betapa repotnya harus bangun dari mimpi yang indah, kemudian mencari ponsel yang entah di mana aku simpan, lalu mengangkat teleponmu hanya untuk mendengar tangisan seorang anak cengeng.
Dan tentang bermain di luar rumah; tolonglah! Kalau aku mentraktirmu, tolong jangan rakus. Kamu tahu kan kalau uangku tidak sebanyak sultan materialis. Seperti waktu itu, kita makan bakso dan uangku hanya kembali dua ribu. Seminggu kemudian aku menahan untuk jajan!
Lalu tentang bermain game. Sering kali, aku hanya mengalah supaya kamu betah bermain. Harus aku akui, kamu adalah orang paling payah dalam bermain game PES di PS3. Mungkin lain kali kita harus bermain game lain yang menuntut kita bekerja sama.
...
Sahabatmu yang konyol,
Muhammad Andi Firmansyah
Aku hanya sedikit membocorkannya. Jika aku menuliskannya semua, ini bisa membuang waktumu 15 menit dengan sia-sia. Dan semoga ia tidak membaca tulisan ini!
Mungkin "surat aib" ini terdengar konyol dan hanya untuk mengundang tawa.
Ya dan tidak.
"Surat aib" bisa menjadi "cermin" untuk seseorang karena ini akan menjadi sarana dalam mengevaluasi diri selama setahun. Bukankah kehidupan yang tak diperiksa sangat tak layak untuk dijalani?
Dengan keterbukaan kita dalam mengungkapkan keluh kesah, ini memberikan kita kepuasan dan ketenangan, juga harapan.
Puas karena kita bisa mengungkapkan apa yang selama ini tidak berani atau canggung untuk diungkapkan. Tenang karena ini bisa meningkatkan keintiman dalam sebuah hubungan. Dan harapan karena ini bisa menjadi sarana kita untuk memberikan evaluasi dan saran dengan lawan tukar kado kita.
"Surat aib" ini akan sangat cocok untuk bertukar kado dengan sahabat. Barangkali bisa juga dengan saudara kandung, tapi itu sedikit "rawan".
Bukan persahabatan namanya kalau tidak mau "dikritik" dan timbul persaingan siapa yang lebih baik. Terakhir seorang sahabatku yang lain tidak mau "dikritik", kami tak pernah berjumpa lagi; sebatas mengobrol di WhatsApp. Bahkan itu hanya berisi obrolan basa-basi orang Indonesia.Â
Aku tak mencari siapa yang salah, tapi aku mencari apa yang salah dengan persahabatan kami.
Ternyata, persahabatan yang hanya sepihak sangat tak layak untuk disebut "persahabatan".
Dengan "surat aib" ini, kita diajarkan untuk saling terbuka menerima kekurangan dan mengakuinya. Bisa kita tahu, bagaimana nasib orang-orang yang tidak mau salah? Mereka tak pernah berkembang. Ironis!
Perkembangan diri adalah sesuatu yang berulang dan tak pernah berakhir. Dan untuk memulainya, kita harus pernah keliru tentang sesuatu. Tanpa kekeliruan yang memulainya, apanya yang disebut perkembangan?
Manusia yang merasa tahu segala hal tak akan mempelajari sesuatu pun.
"Surat aib" merupakan sarana pembuka "gerbang" keakraban dengan sahabat. Karena dengan ini, kita akan bersama-sama "menertawakan" kekurangan diri masing-masing.
Aku demikian! Setiap kali aku menyadari sebuah kekurangan dalam diriku, pertama-tama aku menertawakannya. Karena dengan tawa, timbul sebuah keterbukaan untuk memperbaikinya. Kerelaan itu timbul dari tawa.
Dan siapa sangka, ternyata tertawa itu bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut telah dibuktikan Lee Berk dan Stanley A Tan dari Loma Linda University di Loma Linda, Califormia. Pada tahun 2006, mereka menemukan dua hormon, beta endorfin (mengurangi depresi) meningkat 27 persen dan human growth hormone/ HGH (yang membantu kekebalan tubuh) meningkat 87 persen ketika menonton video lucu.
Jadi, "surat aib" ini bisa menjadi sedikit "obat" di masa pandemi.
Barangkali kamu lebih tahu banyak tentang cerdiknya "surat aib" sebagai kado di akhir tahun. Aku hanya bisa membuka "gerbangnya".
Dan ini akan lebih menyenangkan apabila dilakukan dengan banyak sahabat. Bayangkan tawa itu; tawa yang mengisi setiap keluh kesah yang tertulis. Dan lagi, kado akhir tahun ini bisa mengingatkan kita pada masa-masa menulis surat untuk seseorang yang didamba.
Catatan: segala "keributan" yang timbul dari "surat aib" ini di luar tanggung jawab penulis. Akan lebih baik jika kita bertukar kado ini dengan mereka yang tak baperan. Selamat mencoba!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H