Aku terkesan dengan kesetiaanmu menjadi sahabatku. Aku tidak pernah melihatmu bersenang-senang dengan orang lain tanpaku. Atau barangkali kamu pandai bersembunyi? Silakan saja!
Tapi tolong, kalau mau curhat tentang gebetanmu, jangan di waktu tengah malam! Kamu tak tahu betapa repotnya harus bangun dari mimpi yang indah, kemudian mencari ponsel yang entah di mana aku simpan, lalu mengangkat teleponmu hanya untuk mendengar tangisan seorang anak cengeng.
Dan tentang bermain di luar rumah; tolonglah! Kalau aku mentraktirmu, tolong jangan rakus. Kamu tahu kan kalau uangku tidak sebanyak sultan materialis. Seperti waktu itu, kita makan bakso dan uangku hanya kembali dua ribu. Seminggu kemudian aku menahan untuk jajan!
Lalu tentang bermain game. Sering kali, aku hanya mengalah supaya kamu betah bermain. Harus aku akui, kamu adalah orang paling payah dalam bermain game PES di PS3. Mungkin lain kali kita harus bermain game lain yang menuntut kita bekerja sama.
...
Sahabatmu yang konyol,
Muhammad Andi Firmansyah
Aku hanya sedikit membocorkannya. Jika aku menuliskannya semua, ini bisa membuang waktumu 15 menit dengan sia-sia. Dan semoga ia tidak membaca tulisan ini!
Mungkin "surat aib" ini terdengar konyol dan hanya untuk mengundang tawa.
Ya dan tidak.
"Surat aib" bisa menjadi "cermin" untuk seseorang karena ini akan menjadi sarana dalam mengevaluasi diri selama setahun. Bukankah kehidupan yang tak diperiksa sangat tak layak untuk dijalani?