Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

"Surat Aib" Kado untuk Sahabatku

24 Desember 2020   08:38 Diperbarui: 24 Desember 2020   08:44 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan keterbukaan kita dalam mengungkapkan keluh kesah, ini memberikan kita kepuasan dan ketenangan, juga harapan.

Puas karena kita bisa mengungkapkan apa yang selama ini tidak berani atau canggung untuk diungkapkan. Tenang karena ini bisa meningkatkan keintiman dalam sebuah hubungan. Dan harapan karena ini bisa menjadi sarana kita untuk memberikan evaluasi dan saran dengan lawan tukar kado kita.

"Surat aib" ini akan sangat cocok untuk bertukar kado dengan sahabat. Barangkali bisa juga dengan saudara kandung, tapi itu sedikit "rawan".

Bukan persahabatan namanya kalau tidak mau "dikritik" dan timbul persaingan siapa yang lebih baik. Terakhir seorang sahabatku yang lain tidak mau "dikritik", kami tak pernah berjumpa lagi; sebatas mengobrol di WhatsApp. Bahkan itu hanya berisi obrolan basa-basi orang Indonesia. 

Aku tak mencari siapa yang salah, tapi aku mencari apa yang salah dengan persahabatan kami.

Ternyata, persahabatan yang hanya sepihak sangat tak layak untuk disebut "persahabatan".

Dengan "surat aib" ini, kita diajarkan untuk saling terbuka menerima kekurangan dan mengakuinya. Bisa kita tahu, bagaimana nasib orang-orang yang tidak mau salah? Mereka tak pernah berkembang. Ironis!

Perkembangan diri adalah sesuatu yang berulang dan tak pernah berakhir. Dan untuk memulainya, kita harus pernah keliru tentang sesuatu. Tanpa kekeliruan yang memulainya, apanya yang disebut perkembangan?

Manusia yang merasa tahu segala hal tak akan mempelajari sesuatu pun.

"Surat aib" merupakan sarana pembuka "gerbang" keakraban dengan sahabat. Karena dengan ini, kita akan bersama-sama "menertawakan" kekurangan diri masing-masing.

Aku demikian! Setiap kali aku menyadari sebuah kekurangan dalam diriku, pertama-tama aku menertawakannya. Karena dengan tawa, timbul sebuah keterbukaan untuk memperbaikinya. Kerelaan itu timbul dari tawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun