Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Biang Kerok itu Berasal dari Paradigma dalam Diri

23 Desember 2020   11:46 Diperbarui: 23 Desember 2020   12:00 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paradigma adalah akar dari segala persepsi dan tindakan kita | Gambar oleh mohamed Hassan via Pixabay

Paradigma adalah akar dari segala sikap kita.

Lihat betapa malangnya Socrates yang dihukum mati oleh rezim demokrasi Yunani saat itu. Dengan wajah "jelek" dan perut yang buncit, Socrates dipandang sebagai "badutnya" Athena.

Dia sering berada di pusat alun-alun Athena dan mengajak berdiskusi orang-orang yang ditemuinya. Tidak menggurui, dia hanya memberi beberapa pertanyaan filosofis kepada mereka. Dan entah mengapa, mereka tersindir dan merasa dipermalukan oleh Socrates.

Dia dituntut atas pelajaran-pelajaran filsafat yang disampaikannya. Dan pada akhirnya, Socrates diberi pilihan antara meninggalkan kota Athena atau meminum sendiri racun cemara (karena demokrasi saat itu tidak membolehkan adanya hukum mati).

Ironisnya, Socrates memilih untuk meminum racun cemara itu. Sungguh bijaksana! Seandainya dia kabur, orang-orang dapat menyimpulkan bahwa gagasan-gagasan Socrates adalah tidak benar! Socrates memilih untuk mati dengan mempertahankan gagasan-gagasannya yang bijaksana.

Sebagai salah satu pionir dalam "berfilsafat", Socrates dikenal sebagai salah satu bapak filsafat.

Sepertinya kita harus hati-hati dalam melihat dengan mata, dan memulainya dengan akal atau hati. Karena dengan mata, seorang "badut" terlihat konyol dan bodoh. Namun dengan akal atau hati, seorang "badut" ternyata adalah bapak ilmu filsafat.

*Beberapa gagasan dalam tulisan ini terinspirasi dari buku The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen Covey

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun